BRAZILIA (RIAUPOS.CO) - RIABUAN massa pendukung mantan Presiden Brazil Jair Bolsonaro menyerbu ke ibu kota, Brazilia, Ahad (8/1). Mereka menduduki Gedung Kongres, Mahkamah Agung (MA) dan Kantor Kepresidenan. Sekitar pukul 18.30 atau tiga jam setelah laporan pendudukan tersebut, pasukan keamanan baru bisa menguasai situasi.
Massa berhasil diusir dari tiga bangunan penting tersebut. Sekitar 300 orang ditahan. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva akhirnya mengumumkan intervensi keamanan federal di Brasilia hingga 31 Januari mendatang. Itu artinya kepolisian berada di bawah kendali pemerintah pusat.
Jabatan Gubernur Brazilia Ibaneis Rocha Barros Junior juga terimbas. Hakim MA Brazil Alexandre de Moraes memutuskan untuk menangguhkan jabatan Ibaneis Rocha selama 90 hari. MA menegaskan adanya kelemahan keamanan yang memungkinkan invasi gedung-gedung pemerintah oleh pendukung Bolsonaro.
Dari berbagai video yang beredar tampak banyak kerusakan di tiga fasilitas negara yang diinvasi pendukung sayap kanan tersebut. Lukisan dirusak, tv dipecahkan, berbagai furniture juga sengaja dirusak oleh demonstran.
Situasi ini mirip dengan apa yang terjadi di AS 6 Januari 2021 lalu. Yaitu ketika massa pendukung Donald Trump menyerbu gedung Capitol. Saat itu, lima orang meninggal. Empat orang personel polisi juga dilaporkan bunuh diri.
Penyebab kasus di AS dan Brasil sama. Yaitu petahanan tidak terima dengan hasil pemilu. Trump merasa dicurangi setelah kalah dari Joe Biden, pun demikian dengan Bolsonaro yang meyakini ada kecurangan dalam kemenangan Lula.
Dia menyebar klaim yang tidak berdasar tentang kejanggalan sistem pemungutan suara. Imbasnya, para pendukung Bolsonaro menolak hasil pemilu dan meminta militer mengintervensi. Pasca kerusuhan itu, hakim MA memerintahkan pembongkaran seluruh kamp-kamp pendukung Bolsonaro, baik di luar markas tentara di Brasilia ataupun di lokasi lainnya.
Lula di lain pihak menyalahkan Bolsonaro atas kerusuhan tersebut. Dia meminta agar semua orang yang terlibat bisa ditemukan dan dihukum sepantasnya. ''Para pengacau ini, yang bisa kita sebut fasis dan fanatik telah melakukan apa yang belum pernah dilakukan dalam sejarah negara ini,'' ujar Lula.(sha/bay/esi)
Laporan JPG, Brazilia