MANILA (RP) - Badai Tropis Saola yang menerjang wilayah Filipina pekan lalu sudah meninggalkan negara kepulauan itu.
Tetapi, banjir akibat hujan sangat lebat belum berhenti mendera negeri Presiden Benigno ‘’Noynoy’’ Aquino III tersebut.
Bahkan, genangan air cukup tinggi melumpuhkan ibu kota Filipina, Rabu (7/8).
Selain itu, hujan deras di wilayah Metro Manila memicu tanah longsor. Sedikitnya, 15 orang tewas akibat bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah di Metro Manila kemarin. Korban jiwa diperkirakan terus akan bertambah.
Sebab, tinggi genangan air bah seukuran dada atau leher orang dewasa. Bahkan, di beberapa titik banjir mencapai atap rumah. Kota Manila pun seperti tenggelam.
Pemerintah Filipina menyebut banjir dan tanah longsor kali ini sebagai yang terparah dalam tiga tahun terakhir.
Total jumlah korban tewas akibat Badai Saola dan bencana ikutannya sudah mencapai sekitar 68 orang.
‘’Hujan sangat deras memicu tanah longsor yang lantas mengubur empat rumah di pemukiman sebelah utara Manila,’’ kata Maribel Mendoza, salah seorang pejabat dari kantor keamanan publik setempat.
Selain mengubur empat rumah warga, tanah longsor merenggut nyawa sembilan warga yang masih memiliki hubungan darah. Sedangkan beberapa warga lainnya terluka.
Dua area lain di sekitar Metro Manila, Provinsi Bulacan dan Provinsi Batangas, tidak luput dari bencana itu. Akibat banjir yang merendam sebagian besar dua provinsi tersebut, enam orang tewas. Empat orang mati tenggelam di Bulacan dan dua lainnya tewas di Batangas.
Di beberapa lokasi di dua provinsi tersebut, seperti halnya di ibu kota, ketinggian banjir mencapai leher orang dewasa.
Meski Saola sudah meninggalkan Filipina sepekan lalu, hujan deras terus mengguyur ibu kota dan sekitarnya. Karena curah hujan masih tinggi, genangan air banjir tidak kunjung surut. Banjir juga menghanyutkan rumah-rumah dan harta benda milik warga.
Pemerintah Metro Manila menyebut bahwa banjir telah merendam hampir separo wilayah berpenduduk sekitar 15 juta jiwa itu. ‘’Jika dipersentasekan, tidak kurang 50 persen wilayah Metro Manila terendam,’’ ungkap Gine Nievarez, petugas dari badan meteorologi pusat
Genangan air tinggi memaksa sedikitnya 250.000 warga mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Selama sepekan terakhir, berbagai aktivitas di Manila terhenti. Pemerintah setempat terpaksa meliburkan seluruh sekolah dan perkantoran di ibu kota.
Nyaris tidak ada ruas jalan yang tidak terendam air sehingga tidak bisa dilalui kendaraan. Warga pun sibuk menyelamatkan diri. Sebagian memilih untuk mengungsi ke rumah kerabat yang bebas banjir.
Kemarin, Noynoy mengungkapkan keprihatinannya atas bencana alam yang melanda Manila. Melalui siaran televisi nasional, pemimpin 52 tahun itu berjanji untuk memberikan bantuan semaksimal mungkin kepada seluruh warga yang menjadi korban.
‘’Semua pihak yang merasa bertanggung jawab atas bencana ini sedang bertindak sebaik mungkin untuk memberikan pertolongan,’’ katanya.
National Disaster Risk Reduction and Management Council Filipina melaporkan bahwa banjir dan longsor dalam sepekan terakhir telah merugikan sekitar 800.000 warga.
Saat ini, 18.600 orang bertahan di tempat-tempat penampungan yang disediakan pemerintah. Sekitar 231.000 warga lain memilih tinggal di rumah kerabat yang aman.
‘’Kami terbangun saat fajar menyingsing dan baru tahu bahwa tempat tidur kami mengambang di dalam kamar,’’ cerita Rosario Brutas, seorang pedagang di Bacoor, selatan Manila.
Bersama suaminya, perempuan 32 tahun itu lantas meninggalkan rumah mereka yang terendam. Kini, mereka tinggal di tempat penampungan sementara di rumah sakit.
Warga meninggalkan rumah mereka dengan menumpang truk militer. Pemerintah juga memutuskan aliran listrik demi menghindari korsleting. Sayangnya, upaya evakuasi terhalang arus air bah yang sangat deras.
‘’Kami terpaksa menambatkan kapal karet pada benda yang kuat agar tidak hanyut,’’ terang Cora Agulan dari National Disaster Risk Reduction and Management Council..(dwi/jpnn/ila)