Selamatkan Tim Sepakbola Junior Moo Pa Thailand di Gua

Internasional | Senin, 09 Juli 2018 - 10:48 WIB

Selamatkan Tim Sepakbola Junior Moo Pa Thailand di Gua
(GRAFIS RIAU POS)

BANGKOK (RIAUPOS.CO) - Air dan waktu adalah musuh terbesar untuk menyelamatkan tim sepakbola junior Moo Pa yang terjebak di kompleks Gua Tham Luang.  Persediaan oksigen kian tipis dan hujan deras segera turun.

’’Kami akan membawa anak-anak itu pulang.” Kalimat itu diucapkan Saman Kunan saat berangkat untuk bergabung menjadi relawan penyelamat 12 bocah anggota tim sepakbola Moo Pa dan seorang pelatihnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Tidak disangka, justru Saman yang berpulang. Penyelam andal itu kehabisan oksigen saat memasang tangki udara di jalur penyelamatan. Mantan anggota Navy Seal Thailand itu menjadi bukti bahwa proses evakuasi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Musim hujan yang mulai datang, faktor psikologis, menipisnya oksigen di dalam gua, dan beberapa faktor yang lain adalah risiko penyelamatan. Tim penyelamat kini sedang menghitung, peluang evakuasi mana yang paling baik dan minim risiko.

 Opsi untuk mengeluarkan anak-anak tersebut dari atas sebenarnya menjadi pilihan terbaik. Hingga kini, sudah ada lebih dari 100 lubang yang digali. Tetapi, karena keterbatasan teknologi, tim penggali tak tahu lubang mana yang paling dekat dengan para korban.

Elon Musk memberikan harapan. CEO SpaceX dan Tesla itu sebelumnya mencuit bahwa dia menawarkan bantuan berupa baterai untuk membantu proses memompa air dari dalam gua agar lebih kuat. Dia juga punya tabung dari serat nilon untuk evakuasi. Plus teknologi mutakhir pengeboran gua.

Perusahaan milik Musk, Boring Co, memang merupakan pakar pengeboran. Mereka kerap menjalankan proyek menggali terowongan untuk transportasi dan memiliki teknologi yang canggih. Musk telah mengirim timnya ke Thailand.  ’’Mendapat feedback bagus dari para pakar gua di Thailand. Berulang-ulang membuat desain alat untuk keluar bersama mereka yang mungkin cukup aman untuk dicoba,’’ cuit Musk, Sabtu (7/7) di akun Twitter-nya sebagaimana dilansir Sky News.

Dia juga menambahkan bahwa tabung mengapung dengan kunci udara juga dibuat. Tapi, rupanya, kecil kemungkinan tabung tersebut digunakan. Sebab, medan penyelamatan sulit. Hingga kini, pemerintah Thailand belum menginformasikan secara resmi tentang bantuan dari Musk. Tim penyelamat masih berkutat untuk menyedot air keluar dari gua. Agar tak ada tambahan air, ada tim lain yang diterjunkan untuk menutup aliran-aliran air menuju gua. Pencarian lubang air tersebut sulit. Sebab, banyak yang tersembunyi di sela-sela bebatuan dan dedaunan.

Opsi yang sangat mungkin bakal diambil ialah mengevakuasi anak-anak itu sesegera mungkin sebelum hujan deras kembali datang. ’’Tiga atau empat hari ke depan adalah waktu terbaik dan paling ideal untuk operasi penyelamatan,’’ ujar Kepala Tim Penyelamat Narongsak Osottanakorn.  Mantan Gubernur Provinsi Chiang Rai itu menegaskan bahwa saat ini kadar udara, level ketinggian air, serta kesehatan 12 anak tersebut dan pelatihnya dalam kondisi bagus.

Tetapi, mereka harus melakukannya dengan cepat. Jika hujan kembali datang, seluruh rencana bisa buyar. Penyelam profesional dari Inggris, Australia, serta beberapa negara Eropa dan Asia ikut bergabung.   Instruktur selam asal Denmark Ivan Katadzic menegaskan bahwa keyakinannya meningkat dua kali lipat setelah dia menyelam Jumat (6/7) untuk mengirimkan tabung oksigen. Sebab, ketinggian air telah turun cukup signifikan.

Katadzic tak menyelam di kilometer terakhir, tempat para bocah tersebut ditemukan. Di sekitar tempat itu ada cekungan paling berbahaya. Sebab, tabung oksigen tak bisa dipakai. Harus dibawa di depan penyelam karena lokasinya yang sempit. Di area itu, air juga mengandung lumpur dan menghalangi pandangan. Jika nanti anak-anak itu dievakuasi, mereka satu per satu akan didampingi oleh penyelam profesional.

Butuh usaha ektra untuk membawa seorang anak yang baru belajar menyelam ke luar dari gua tersebut. Sebab, penyelam profesional saja yang berangkat sendiri perlu waktu 5 jam. Tim penyelamat juga mempertimbangkan opsi untuk membiarkan anak-anak itu di dalam gua hingga musim hujan berhenti sekitar akhir Oktober nanti. Mereka akan dikirimi makanan dan suplai oksigen.

Tetapi, opsi itu bakal berimbas kepada psikologis para korban. Berada di bawah tanah selama berbulan-bulan tentu bukan hal yang menyenangkan. Terlebih mereka adalah anak-anak yang berusia belasan tahun. Dosen senior sekolah psikologi di University of Central Lancashire Sarita Robinson mengungkapkan bahwa anak-anak itu dalam kondisi mental dan fisik yang baik saat ditemukan. Para penyelamat harus menjaga hal tersebut hingga akhir. Sebab, jika mereka mulai pesimistis, anak-anak itu akan dilanda kecemasan.  ’’Orang bisa menyerah secara mental, menarik diri, dan bahkan meninggal. Itu disebut dengan kematian psikogenik,’’ jelasnya.

Saat mereka keluar nanti, pendampingan psikologis tetap diperlukan. Terutama untuk kembali beradaptasi dengan kehidupan mereka sehari-hari. Ditakutkan, beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan mental jangka panjang. Sebagai contoh, penambang Cile yang terjebak 69 hari di bawah tanah. Beberapa di antara mereka mengaku masih sering teringat pengalaman buruknya saat terjebak.(sha/c4/dos/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook