LIBYA (RIAUPOS.CO) - Negara yang pernah dipimpin Moammar Khadafi, Libya saat ini kembali memanas. Dilaporkan bahwa selama empat hari belakangan pasukan pemberontak yang dipimpin Jenderal Khalifa Haftar mengerahkan pasukan menuju ibu kota Libya, Tripoli. Mereka bermaksud menggulingkan pemerintahan PM Fayez Sarraj.
Sejak Minggu (7/4/2019) ibu kota sudah terkepung. Memanasnya situasi ini bahkan sudah membuat 32 nyawa melayang dan sekitar 50 orang lainnya mengalami luka-luka. Korban berasal dari dua kubu yang bersengketa dan penduduk sipil.
Government of National Accord (GNA) yang dipimpin Sarraj tak mau menyerah begitu saja. Terlebih, GNA adalah pemerintahan yang didukung PBB. Pasukan pro-GNA melakukan serangan balasan yang diberi nama Volcano of Anger.
Yang dimaksud dengan pasukan tidak sah adalah Libyan National Army (LNA) yang dipimpin Haftar. Sejak Libya bergolak pada 2011 dan Muammar Khadafi berhasil digulingkan, pemerintahan negara tersebut terbagi. GNA menguasai Tripoli dan wilayah sekitarnya, sedangkan LNA memiliki pemerintahan yang berkuasa di sisi timur.
Februari lalu kedua pihak bertemu dan sepakat untuk berdamai dan menggelar pemilu nasional. Namun, tidak disangka, LNA justru menyerang wilayah kekuasaan pemerintahan yang sah. Situasi yang terus memburuk mengakibatkan AS menarik pasukannya yang ditempatkan di negara tersebut.