Ini Baru Tamparan, Iran Belum Balas Dendam

Internasional | Kamis, 09 Januari 2020 - 11:56 WIB

BAGHDAD (RIAUPOS.CO)  --  Kepada Amerika Serikat (AS), Iran seolah berteriak: lu jual, gue beli. Dilecehkan Donald Trump, direspons dengan menjanjikan hadiah uang untuk siapa saja yang bisa membunuh Presiden  Diancam situs-situs budayanya akan dihancurkan, dijawab dengan mengunggah foto situs-situs tersebut.

Dan, kemarin, empat hari setelah komandan pasukan elite Qasem Soleimani tewas akibat serangan drone AS, Iran balas menyerang dua markas tentara AS di Irak. Sebanyak 22 misil ditembakkan dari Teheran antara pukul 01.45 dan 02.15 waktu setempat rudal tersebut menyasar pangkalan udara Ain Al Assad dan markas militer di kota Arbil.


"17 rudal jatuh di Al Asad dan lima jatuh di Kota Arbil," tulis Angkatan Bersenjata Iraq dalam pernyataan resminya, seperti dikutip Agence France-Presse.

Serangan kali ini dilakukan terang-terangan. Iran langsung mengakui serangan tersebut. Kementerian Pertahanan AS juga mengonfirmasi bahwa rudal-rudal tersebut ditembakan dari wilayah Negeri Para Mullah tersebut.  Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan bahwa agresi kemarin merupakan upaya membela negara.

"Ini adalah balasan yang adil terhadap aksi pengecut yang dilakukan terhadap warga dan pejabat kami," paparnya via Twitter.

Dan, ini bukanlah puncak perseteruan. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memastikan bahwa konflik Iran dan AS belum berakhir. Menurutnya, serbuan rudal kemarin hanyalah sekadar tamparan bagi AS. Soal balas dendam, orang nomor satu di Iran itu mengatakan bahwa AS harus menunggu balas dendam sesungguhnya.

"Aksi militer seperti ini tak cukup. Apa yang penting adalah hilangnya kehadiran si korup AS (di Timur Tengah) berakhir," ungkap Khamenei seperti yang dilansir oleh BBC.

AS dan koalisi menyatakan bahwa tak ada korban jiwa dari serangan tersebut. Jubir Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan peringatan Iran beberapa hari sebelumnya membuat personel AS di lapangan melakukan antisipasi. Bahkan, markas sempat membunyikan alarm saat Iran baru meluncurkan rudal.

"Markas dan pangkalan AS di wilayah terus meningkatkan kewaspadaan selama beberapa hari terakhir," imbuh Hoffman.

Namun, Menteri Luar Negeri Inggirs Dominic Raab mendapatkan laporan bahwa ada korban jiwa atas serangan tersebut. Raab juga memprotes penggunaan senjata balistik yang melanggar aturan internasional serta kesepakatan Iran pada 2015 silam. "Kami mengutuk serangan di markas markas koalisi militer yang juga markas dari tentara  Inggris," imbuhnya.

Media Iran mengatakan bahwa setidaknya 80 tentara AS meninggal karena serangan tersebut. Selain itu, aset militer seperti drone dan  helikopter rusak akibat ledakan dudal.

"Kami mempunyai data tentang 140 target di tingkat regional. Jika AS melakukan kesalahan lagi, balasan kami akan jauh lebih besar," tulis Iran Revolutionary Guard Corps (IRGC).

Seharusnya, staf Gedung Putih menjadwalkan pernyataan resmi Trump untuk merespons serangan tersebut. Namun, kabar yang beredar Trump menolak untuk memberikan keterangan saat itu juga.

Trump justru merespons serangan Iran itu via Twitter. "Semua baik-baik saja. Kami punya kekuatan militer terbaik di sana," ungkapnya.

Randa Slim, pakar dari Middle East Institute, mengatakan bahwa saat ini bola panas kembali ke tangan Trump. Pada skenario normal, serangan tersebut biasanya berakhir dengan mediasi. Namun, Trump bukanlah kepala negara yang biasa.

Dia sudah berjanji bakal bertindak lebih kejam terhadap Iran jika mereka membalas kematian Soleimani. "Dari pernyataannya, tensi bakal terus meningkat dan mendekatkan kita semua kepada perang. Perang tersebut kemungkinan terjadi di Iran, tapi pasti juga akan menyebar ke tingkat regional," ungkap Slim kepada CNN.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, prihatin dengan situasi yang dialami Iran di awal tahun 2020. Pihaknya akan melakukan rapat koordinasi dengan para duta besar RI di Teheran, Baghdad, dan perwakilan tetap RI di Dewan Keamanan PBB New York.  "Kita akan mendengarkan dulu perkembangan terakhir seperti apa," kata Retno usai makan siang di kantornya.

Dari rapat tersebut, Kemenlu akan melakukan pendekatan serta negosiasi ke pihak Iran, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Dengan harapan, semua pihak tersebut dapat menahan diri. Sehingga tidak terjadi kondisi yang lebih buruk lagi.

Sebab, jika situasi makin tidak kondusif, dampaknya akan dirasakan oleh negara kawasan di sekitarnya bahkan secara global. "Termasuk ekonomi dunia yang tanpa terjadi eskalasi tensi AS-Iran sudah cukup tertekan saat ini," jelas perempuan 57 tahun tersebut.

Karena itu, Retno meminta delegasinya di luar negeri untuk mematangkan rencana kontigensi. Yakni, rencana yang disusun untuk mengantisipasi ketidakpastian kemungkinan. Yang hasilnya baru diketahui setelah situasi AS-Iran menurun atau makin memanas. Retno meminta laporan seluruh delegasinya untuk menyampaikan segala kemungkinan yang dapat terjadi di wilayah penugasan masing-masing.

Terkait kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Iran, Retno meminta untuk terus waspada. Mengikuti informasi dari otoritas setempat. Terutama yang terkait dengan perkembangan situasi keamanan di masing-masing negara.  

"Kami meminta para WNI untuk segera menghuhungi KBRI/KJRI jika memerlukan bantuan. Sudah tersedia hotline (KBRI di Baghdad +9647500365228). Krisis center di Kemenlu juga sudah dihidupkan," ujar perempuan asal Semarang itu.

Tensi AS-Iran yang terus meninggi ditanggapi santai oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan. Begitu juga dengan kenaikan harga minyak dunia yang terus melejit imbas ketegangan kedua negaran

"Ya pasti naik. Ya nggak apa-apa. Semua dalam hidup pasti ada naik turun," ujarnya.

Menurutnya, tak perlu heboh terkait hal tersebut. Yang harus dilakukan justru mencermati kondisi yang ada, lalu menyiapkan langkah. Luhut juga menilai keributan ini tak bakal berpengaruh pada aliran modal asing ke Indonesia. Bahkan, kata dia, CEO International Development Finance Corporation Adam Boehler diagendakan untuk datang ke Indonesia membawa investasi besar besok (10/1).

"Dia akan datang kemari bawa uang untuk investasi di BUMN," katanya dikesempatan berbeda.

Nilai investasinya pun bisa dibilang cukup wah. Mencapai milyaran dolar. "Nanti saja biar mereka yang umumin," tuturnya.

Ada beberapa proyek yang ditawarkan nantinya. Di antaranya, pembangunan tol Sumatera, pembangunan hotel, sampai rumah sakit.  "Pak Erick nyiapin, ada beberapa. Atau bisa nanti dimix lah," ungkap Luhut.(bil/han/mia/ttg/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook