SINGAPURA (RIAUPOS.CO) - PRESIDEN Cina, Xi Jinpin dan pemimpin Taiwan Ma Yingjeou akhirnya bertemu di Singapura, Sabtu (7/11). Ini adalah pertemuan pertama pemimpin kedua negara sejak mereka dipisahkan Revolusi 1949. Berbagai kalangan memperkirakan pertemuan ini akan menandai perbaikan hubungan kedua negara. CNN melaporkan, urusan protokoler dalam pertemuan bersejarah ini menjadi sangat rumit. Sebab, secara resmi kedua negara tidak mengakui satu sama lain. Kalimat sapaan pun juga menjadi hal yang diperbincangkan. Xi Jinping dan Ma Jingyeou tidak akan saling sapa dengan menggunakan kata presiden. Sebaliknya, mereka hanya akan menggunakan kata tuan atau mister.
Dalam jumpa pers, kemarin, Ma mengatakan dengan nada bercanda, dalam pertemuan nanti tagihan hotel dan makanan keduanya tetap akan dipisah. ’’Tidak ada negara yang suka melihat perang dan konflik. Bila kami dapat menstabilkan hubungan lintas selat, saya percaya negara-negara lain juga senang melihatnya,’’ ujar Ma.
Meski sudah bertemu, sebelumnya pertemuan tersebut mendapatkan protes dari warga Taiwan. Sekitar seratus orang melakukan demonstrasi di Taipei dengan membawa spanduk yang isinya membela kedaulatan Taiwan dan menuduh Presiden Ma menjual kedaulatan itu kepada Beijing. Beberapa demonstran juga berkumpul di bandar udara Taipei dan membakar poster kedua pemimpin ketika Presiden Ma berangkat ke Singapura untuk bertemu Xi Jinping. Kemarahan demonstran di Taipei diwarnai tendangan ke arah poster pemimpin Cina, Xi Jinping. Bahkan, aksi protes tersebut berujung bentrok antara pendemo dengan aparat kepolisian saat mereka berusaha menyerbu gedung parlemen Taiwan.
Sebagian pengunjukrasa anti pertemuan itu ditangkap. Ditempat yang lain justru muncul unjuk rasa mendukung pertemuan tersebut berlangsung. Sebagaimana diketahui, ini adalah pertemuan pertama pemimpin Taiwan dan Cina sejak perang saudara yang berakhir pada 1949. Sejauh ini Cina memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri. (dam/eko)