BAGHDAD (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah AS makin tak konsisten terkait dengan sikap mereka menghadapi ancaman Iran di wilayah Timur Tengah. Setiap instansi dan pejabat punya sikap berbeda-beda. Ancaman Presiden AS Donald Trump pun jadi lemah. Terlebih, sekutu-sekutu AS juga tak ingin turut campur dengan masalah Iran.
Senin lalu (6/1) surat dari koalisi militer AS diterima Kementerian Pertahanan Irak. Isinya mengejutkan. Surat yang ditandatangani Brigjen William Seely, Komandan Tentara AS di Irak, tersebut berisi respons AS terhadap resolusi parlemen Irak. Mereka menyatakan, tentara AS sedang berkemas untuk bersiap keluar dari Irak.
"Kami akan berpindah dalam beberapa hari ke depan untuk memastikan operasi keluar dari Irak berjalan efisien dan aman," tulis militer AS seperti yang dilansir The Guardian.
Beberapa jam kemudian, Menteri Pertahanan AS Mark Esper buru-buru menganulir surat tersebut. Menurut dia, pemerintah AS belum memutuskan respons atas permintaan pemerintah Irak untuk menutup markas militer AS.
Begitu pula Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Mark Milley. Dia menegaskan bahwa surat itu sebenarnya masih berupa draf. Namun, staf militer melakukan kesalahan dengan mengirimkan surat tersebut. ’’Isi surat itu bukanlah apa yang terjadi sebenarnya,’’ ungkapnya.
Jelas, elite pemerintahan AS pun panik. Sebab, surat tersebut sangat bertentangan dengan sikap pemerintah AS selama ini. Terutama sikap kepala negara Donald Trump. Presiden AS berkali-kali menegaskan bahwa militer AS tak akan angkat kaki dari Irak sebelum mendapat imbalan setimpal.
Namun, error di sistem pemerintahan dan militer AS menunjukkan bahwa Negeri Paman Sam sedang panik. Sebab, AS benar-benar terkucil kali ini. Tidak ada negara lain yang mau terlibat dalam konflik antara AS dan Iran.
Negara-negara di Eropa menyatakan bahwa AS melakukan kesalahan. Arab Saudi, sekutu AS di Timur Tengah, menegaskan, serangan yang membunuh Panglima Pasukan Khusus Iran Qasem Soleimani dilakukan tanpa koordinasi. Bahkan, pemerintah Israel yang biasanya mati-matian membela AS ikut mundur.
"Pembunuhan Soleimani adalah agenda Amerika. Kami tidak terlibat dan kami tak seharusnya diseret," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Negara-negara lain jelas menjauh begitu mengetahui sikap Trump yang keterlaluan. Komentar Trump yang menyatakan AS siap menyerang aset budaya Iran dianggap ngawur. Sebab, warisan budaya merupakan salah satu isu sensitif dalam peperangan.(fiz/jpg)
Laporan JPG, Baghdad