SBY, Ajak Pemimpin G-20 Buka Lapangan Kerja

Internasional | Sabtu, 07 September 2013 - 07:28 WIB

SAINT PETERSBURG (RP) - Dalam rangkaian pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama tujuh pemimpin G20 menghadiri pertemuan informal dengan para pebisnis (B-Business) dan serikat pekerja (Labour) anggota G20, Jumat (6/9).

Pertemuan yang berlangsung di International Media Center, Strelna, Saint Petersburg, Rusia tersebut, mendiskusikan langkah bersama mengatasi persoalan-persoalan pembangunan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Isu utama yang dibahas adalah persoalan mempromosikan pertumbuhan dan lapangan kerja berkualitas. Hadir dalam pertemuan ini delapan kepala negara/pemerintahan anggota G20, ketua kamar dagang dan pimpinan serikat pekerja negara-negara anggota G20.

Selain Presiden SBY, tujuh pemimpin G20 yang hadir adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Perancis Francois Hollande, PM Italia Enrico Letta, PM Inggris David Cameron, dan PM Turki Tayyip Erdogan.

Acara pertemuan informal tersebut dibuka oleh Presiden Vladimir Putin. Setelah sambutan dari perwakilan B-20 dan L-20, para pemimpin G-20 diberikan kesempatan untuk menyampaikan tanggapan atau intervensi.

Presiden SBY bersama para pemimpin G-20 menjawab pertanyaan dari para peserta yang hadir tentang pendapatnya mengenai dunia usaha dan tenaga kerja.

Dalam waktu tiga menit yang diberikan, Presiden SBY menyoroti masalah ketenagakerjaan, peran pengusaha kecil dalam meningkatkan lapangan pekerjaan. Dia juga menyinggung upaya melakukan promosi dan sosialisasi dalam perlindungan kepada para pekerja.

SBY secara umum menyampaikan perlunya seluruh pihak baik pemerintah maupun dunia usaha harus bekerja sama, untuk mencegah peningkatan pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan.

‘’Pemerintah dan dunia usaha harus mau berinvestasi lebih banyak di sektor-sektor yang menghasilkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat,’’ kata SBY.

Pertemuan antara G20, B20, dan L20 tersebut penting untuk menyamakan langkah dalam mencari solusi untuk mengatasi persoalan-persoalan terkini.

Yang paling akhir adalah krisis keuangan dan pertumbuhan akibat kebijakan pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di AS. Banyak negara di dunia, terutama negara berkembang, terimbas krisis.

Di Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun.

Dalam keterangan persnya di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, sesaat sebelum melakukan lawatan ke Kazahstan, Polandia, dan Rusia ini, SBY menegaskan bahwa segenap komponen bangsa harus bersatu, termasuk buruh dan dunia usaha.

Pengalaman mengatasi krisis terdahulu ini juga disampaikan Presiden SBY dalam pertemuan G20 dengan B20 dan L20 di St Petersburg.

‘’Saya pastikan, saat menghadapi tekanan baru ini, hubungan tetap positif, misalnya antara lpekerja dan dunia usaha, bersatu dan memiliki pemahaman yang sama atas permasalahan yang dihadapi bangsa dan dunianya, serta mengambil formula yang win-win untuk seluruh pihak,’’ papar SBY.

Setelah mengikuti agenda B-20 dan L-20, Presiden SBY melanjutkan pertemuan dengan para Pemimpin G-20 di Constantine Palace, St. Petersburg pada pukul 12.30 waktu setempat.  

Setelah agenda pertemuan G-20, Presiden SBY dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan dengan Sekjen PBB, Ban Ki Moon, dan Dirjen International Labor Organization (ILO), Guy Ryder.(ken/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook