JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Markas Rusia di Ukraina diserang dan mengakibatkan 89 tentara tewas. Petinggi pasukan Rusia menyalahkan anak buahnya yang menggunakan telepon seluler. Hal itu membuat musuh mendeteksi lokasi markas lewat sinyal ponsel.
Hal tersebut dipertanyakan oleh beberapa pengamat yang menilai perencanaan militer Rusia yang buruk sebagai penyebab utama serangan tersebut. Penggunaan ponsel oleh tentara Rusia, menurut para ahli, merupakan indikasi kurangnya pelatihan dan disiplin di antara pasukan.
"Itu adalah masalah endemik bagi militer Rusia saat ini karena pasukan mereka sangat kurang terlatih dan disiplin sehingga mereka benar-benar tidak mempraktikkan langkah-langkah keamanan operasional yang baik sama sekali," kata seorang analis Rusia di Rusia/Portofolio Ukraina di Institut Studi Perang Karolina Hird.
Serangan yang menewaskan 89 tentara Rusia terjadi tepat setelah tengah malam pada malam Tahun Baru, di sebuah sekolah yang diubah menjadi markas militer di Makiivka, di bagian wilayah Donetsk yang dikuasai Moskow. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan sudah jelas bahwa faktor utama terjadinya serangan itu adalah karena pengaktifan dan penggunaan besar-besaran penggunaan ponsel di zona jangkauan senjata musuh.
Menurut pernyataan tersebut, itu menjadi faktor yang menyebabkan musuh untuk melacak dan menentukan koordinat lokasi markas untuk serangan rudal. Konsentrasi pasukan menunjukkan kurangnya pelatihan dan perencanaan.
Hird setuju bahwa penggunaan ponsel oleh tentara Rusia kemungkinan besar berperan dalam serangan itu. Saat malam Tahun Baru, kemungkinan tentara sedang menggunakan ponsel karena mengirim pesan teks kepada keluarga untuk mengucapkan Selamat Tahun Baru.
"Sebanyak 300-400 sinyal ponsel menyala di satu titik," katanya. "Itu adalah elemen, yang bisa memandu serangan itu," tambahnya.
Namun, dia mencatat bahwa tentara profesional yang cukup terlatih tidak akan memiliki konsentrasi personel yang begitu dekat dengan garis depan dalam posisi non-taktis dalam jangkauan artileri musuh.
Seorang pakar intelijen di Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington DC, Jake Harrington mengatakan penggunaan ponsel berpotensi rawan. Tetapi, dia skeptis bahwa itu adalah penyebab utama serangan itu.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi