YANGON (RIAUPOS.CO) - Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, akhirnya buka suara soal krisis Rohingya di Myanmar setelah sekian lama bungkam. Dalam pernyataannya, dia mengatakan pemerintahannya melindungi semua orang di negara bagian Rakhine.
Adapun Rakhine adalah kawasan permukiman Rohingya yang menjadi pusat konflik. Namun, dia mengkritik tentang informasi yang keliru dari konflik Rohingya itu. Dia menyebut yang terlihat dipermukaan adalah fenomena gunung es dan semuanya bertujuan untuk memberikan simpati bagi terorisme.
Pernyataan Suu Kyi itu juga dipaparkan saat dia berbincang dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan via sambungan telepon.
”Kami membela semua orang di Rakhine dengan cara terbaik,” ucapnya seperti dilansir media lokal Myanmar.
”Kami tahu betul, lebih dari yang orang lain ketahui, arti dari pencabutan hak asasi manusia dan perlindungan demokrasi,” imbuhnya.
Penerima Nobel Perdamaian tersebut menambahkan, ”Jadi kami memastikan bahwa semua orang di negara kami berhak mendapatkan perlindungan atas hak-hak mereka dan juga hak, bukan hanya pertahanan politik, tapi sosial dan kemanusiaan.”
Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa ada banyak foto dan berita palsu yang beredar. Suu Kyi menyebut, semua itu hanya puncak gunung es besar dari kesalahan informasi yang sengaja disebarkan demi memicu konflik di antara komunitas yang berbeda.
”Tujuannya jelas, untuk mempromosikan kepentingan para teroris,” tuntasnya.
Diketahui, pertikaian terakhir yang terjadi di Rakhine bermula ketika gerilyawan Rohingya menyerang pos polisi pada 25 Agustus lalu. Tindakan itu memicu serangan balik militer yang memaksa warga sipil Rohingya menuju perbatasan ke Bangladesh. Banyak dari warga yang selamat menggambarkan kalau militer dan para Biksu membumihanguskan desa mereka dan membunuh warga sipil agar mereka keluar dari rumah.
Akan tetapi, militer mengatakan bahwa mereka memerangi militan Rohingya yang menyerang warga sipil. Suu Kyi kemudian mendapat banyak kritik karena dinilai tidak tanggap untuk mengatasi krisis yang semakin meningkat. Dia pun tidak menganggap ada masalah serius di Rakhine dan menolak klaim kalau ada pembersihan etnis Rohingya. Beberapa rekan sejawat telah meminta dia untuk bertindak dalam konflik terakhir.
Beberapa demonstrasi yang dihelat di penjuru dunia pun meminta Suu Kyi bertindak serta meminta Nobel Perdamaian yang didapatkannya untuk dicabut.(tia)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama