NG SUEE LIM, CALON ANGGOTA PARLEMEN LOKAL MALAYSIA BERKAMPANYE BAHASA JAWA

Dekati Komunitas Jawa, Terpilih Dua Periode

Internasional | Senin, 06 Mei 2013 - 10:23 WIB

Dekati Komunitas Jawa, Terpilih Dua Periode

Laporan JPNN, Kuala Lumpur

‘’HADIRIN dan hadirat, muslimin dan muslimat, ibu-ibu dan bapak-bapak, kakang-kakang lan mbakyu-mbakyu sedoyo (abang-abang dan kakak semuanya, red), salam sejahtera. Piye kabare? (apa kabar, red) ‘’ teriak seorang calon anggota parlemen dalam kampanyenya di Kuala Lumpur.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Alhamdulillah, kita iso ketemu nang kene, iso ngobrol, iso (kita jumpa di sini bisa bercerita santai, red) bicara soal politik tanah air. Iki pilihan raya wes arep tekan, kulo njaluk ibu bapak supoyo ngewangi, ojok lali pilih Pakatan Rakyat, pilih bulan, pilih roket, neng kito supoyo iso ubah kerajaan sing korup iki (Pemilu sudah dekat, jangan lupa pilih Pakatan Rakyat, pilih bulan, roket supaya bisa mengubah kerajaan yang korup ini, red),’’ sambungnya, lalu disambut tepuk tangan para kader partai Pakatan Rakyat.

Potongan pidato tersebut terasa sangat akrab bagi orang Indonesia, khususnya orang Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sapaan seperti itu sering

Dekati Komunitas Jawa, Terpilih Dua Periode terdengar saat masa-masa kampanye pemilihan umum di Indonesia. Namun, jangan kaget bila pidato berbahasa Jawa campur Indonesia tersebut ternyata disampaikan calon anggota parlemen Malaysia keturunan Tionghoa, Ng Suee Lim. 

Meski logat Tionghoa-nya tetap terasa, bahasa Jawa yang disampaikan politikus kelahiran Selangor, 13 Juli 1970, itu cukup lancar. Tidak terputus-putus seperti orang yang memang baru mengenal atau belajar bahasa Jawa.

Bahasa yang jamak dipakai orang Jawa itu seperti menjadi bagian hidupnya sejak kecil. Sejak berumur 13 tahun, Suee Lim akrab dengan seorang anak pasangan suami istri warga Malaysia keturunan Jawa yang tinggal di Kampung Tok Muda, Kapar Selatan, Selangor. Bahkan, saat itu Suee Lim ikut bekerja di warung makan milik suami istri tersebut. Dalam sehari-hari, pasangan itu masih sering menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi. Dengan demikian, lama-lama Suee Lim jadi bisa berbahasa Jawa.

‘’Dia (mantan juragan Suee Lim, red) keturunan kedua atau ketiga lah kalau tidak salah dari orang Indonesia,’’ kisah Suee Lim saat ditemui JPNN di sekretariat tim suksesnya di Sekinchan, Selangor, Malaysia, Sabtu (4/5).

Sebagai anak yang dibesarkan dengan bahasa sehari-hari Tionghoa dan Melayu, Suee Lim kecil awalnya tentu tidak tahu sama sekali isi pembicaraan yang sering digunakan keluarga keturunan Jawa itu. ‘’Saya juga tidak paham saat dicaci maki, dibilang goblok lah, ndasmu lah,’’ kenangnya, lantas tersenyum.

Dari interaksi dengan keluarga Jawa itu sekitar delapan tahun, lama-lama Suee Lim mengerti, bahkan bisa membahasakannya. ‘’Ini jalan hidup, tak disangka, hal itu kemudian sangat berguna ketika saya putuskan untuk terjun ke politik,’’ ucapnya.

Strategi menggunakan bahasa Jawa dalam kampanye Suee Lim dilakukan bukan pada Pemilu kali ini saja. Ia menggunakannya sejak kali pertama terpilih sebagai anggota parlemen lokal (setingkat DPRD di Indonesia) pada 2004. Strategi yang sama akhirnya mengantarkan dia kembali terpilih untuk kali kedua pada Pemilihan Raya 2008.

Daerah pemilihan Suee Lim di Sekinchan, Selangor, memang khusus. Selain mayoritas warga Tionghoa (sekitar 60 persen), sebagian warga Melayu keturunan Indonesia dari Jawa dan sebagian lagi dari Banjar. Dengan komposisi tersebut, hampir tidak mungkin bagi Lim tidak mencari simpati dari warga Melayu keturunan Jawa yang lumayan banyak. ‘’Waktu pertama pakai bahasa Jawa spontan saja. Pikiran saya, saya hanya ingin sedekat mungkin dengan mereka,’’ bebernya. (*/c10/c9/ari/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook