BERLIN (RP)- Melalui puisi, sastrawan Jerman pemenang Nobel 1999, Guenter Grass menyerang Israel, dengan mengatakan negeri zionis itu adalah ancaman perdamaian dunia.
Ia juga mengatakan, tak seharusnya Israel diberi kesempatan untuk melancarkan serangan terhadap Iran.
Grass yang kini berusia 84 tahun adalah juru kampanye sayap kiri. Ia juga mengkritik intervensi militer Barat di Irak, juga mengutuk penjualan senjata Jerman ke Israel lewat puisi berjudul
‘’Apa yang harus dikatakan, yang dipublikasikan di koran Sueddeutsche Zeitung, Rabu (4/4).
‘’Mengapa aku bicara sekarang, bahwa kekuatan nuklir Israel sangat membahayakan perdamaian dunia yang sejatinya telah rapuh? Mengapa harus sekarang aku berkata, karena mungkin besok sudah terlambat,’’ kata Grass dalam puisinya
‘’Juga karena kita — sebagai orang Jerman telah cukup dibebani — sebagai subkontraktor kejahatan di masa depan. Dia menambahkan, sejarah kelam Nazi dan Holocaust tidak jadi alasan untuk warga Jerman tetap diam, membiarkan Israel merajalela dengan senjata nuklirnya.
‘’Aku tak akan tinggal diam, karena aku bosan dengan kemunafikan Barat,’’ kata penulis novel ‘’The Tin Drum’’, yang mencatat kengerian sejarah Jerman abad ke-20.
Israel secara luas dianggap menjadi pemilik senjata nuklir satu-satunya di Timur Tengah. Pemerintahnya tak membantah, atau mengkonfirmasi tudingan itu. Diduga senjata nuklir ditempatkan kapal selam Dolphin yang dibeli dari Jerman. Ini yang membuat Grass geram.
Israel bahkan mengancam akan melakukan aksi militer, dengan ataupun tanpa dukungan AS, untuk menghentikan apa yang dianggap ancaman nuklir dari Iran. Padahal, pemerintah Teheran berkali-kali membantah, mereka mengaku mengembangkan nuklir untuk tujuan damai.
Sementara Jerman baru-baru ini mengaku akan menjual kapal selam Dolphin keenam. Sembari mengingatkan Israel, eskalasi militer dengan Iran akan membuat runyam dan mengakibatkan risiko tak terhitung.
Intisari puisi Grass menyerukan badan internasional untuk mengambil kontrol permanen, baik senjata nuklir Israel, sekaligus instalasi nuklir Iran.
Namun, sikap kritisnya itu dibalas kritik di negerinya, Jerman, di mana mengutuk Israel adalah tabu karena beban sejarah holocaust Nazi.
Di mana anak-anak yang tumbuh di masa perang, menanggung rasa bersalah orang tua mereka. Moral Grass juga belum sepenuhnya pulih kala 2006 lalu, ia mengaku pernah bertugas di Waffen SS bentukan Hitler. Ia mengaku direkrut saat remaja dan tak pernah melepas tembakan.
Komite Yahudi-Amerika di Berlin, misalnya, berpendapat puisi Grass bermaksud mendelegitimasi kebijakan keamanan Israel.(int)