WASHINGTON (RP) - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mulai serius mengupayakan berakhirnya shutdown pemerintahan yang sudah memasuki hari keempat, Jumat (4/10).
Agar lebih fokus, ia pun membatalkan sejumlah agenda penting di mancanegara. Termasuk, kunjungan ke Indonesia untuk menghadiri KTT APEC di Bali 5-7 Oktober.
Dengan nada keras, Obama meminta para politisi segera menghentikan sandiwara mereka tentang shutdown.
‘’Lakukan pemungutan suara. Hentikan semua kekonyolan ini dan akhiri shutdown sekarang juga,’’ ujarnya saat berkunjung ke Kota Rockville, Montgomery County, Negara Bagian Maryland, kemarin. Di kota itu, tinggal sebagian besar pegawai negeri sipil yang menganggur karena shutdown.
Obama menyalahkan Republik atas macetnya roda pemerintahan kali ini. Sebab, partai konservatif tersebut ngotot hendak menganggarkan ulang atau menunda berlakunya Obamacare, undang-undang asuransi kesehatan yang telah disahkan pada 2010 lalu.
Padahal, bagi Demokrat, Obamacare merupakan harga mati untuk pemerintahan Obama. Rabu malam lalu (2/10), Ketua DPR John Boehner mengaku ragu shutdown segera berakhir.
Sebab, Republik dan Demokrat sama-sama enggan mengalah. Bahkan, dia juga mengeluhkan sikap Obama yang tak mau negosiasi.
Kemarin Obama menegaskan bahwa Boehner-lah yang memegang kunci shutdown.
‘’Dia bisa memulihkan pemerintahan dan membuat ratusan ribu orang kembali bekerja hanya dalam waktu lima menit,’’ katanya.
Menurutnya, Boehner hanya tinggal mengesahkan anggaran operasional sementara yang sudah dirumuskan. ‘’John Boehner tidak mau menggelar pemungutan suara untuk mengesahkan anggaran tersebut. Sebab, dia tidak ingin membuat para ekstremis dalam partainya murka,’’ sindir Obama
Telepon Langsung SBY
Akibat kondisi ini, akhirnya Obama terpaksa membatalkan kehadirannya di KTT APEC. ‘’Presiden SBY telah menerima telepon dari Presiden Barrack Obama.
Dalam pembicaraan telepon tersebut, Presiden Obama menyesalkan tidak dapat menghadiri KTT APEC di Bali, sehubungan masih berlangsungnya pembahasan anggaran nasional AS,’’ jelas Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah, Jumat (4/9).(ken/hep/c17/dos/jpnn/fia)
