INVASI KE UKRAINA

Kehilangan 75 Ribu Tentara, Rusia Rekrut Napi

Internasional | Jumat, 05 Agustus 2022 - 19:13 WIB

Kehilangan 75 Ribu Tentara, Rusia Rekrut Napi
Ilustrasi tentara rusia di Ukraina. Rusia diyakini telah kekurangan personel militer. Sejak invasi, mereka diperkirakan kehilangan 75 ribu personel dengan perincian 20 ribu tewas dan 55 ribu lainnya terluka. (ALEXANDER NEMENOV/AFP)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Rusia diyakini telah kekurangan personel militer. Sejak invasi, mereka diperkirakan kehilangan 75 ribu personel dengan perincian 20 ribu tewas dan 55 ribu lainnya terluka. Seorang pejabat negara Barat menyebut situasi itu tidak pernah diantisipasi Rusia.


Di awal perang, Ukraina diperkirakan bisa dikalahkan dalam hitungan hari. Pasalnya, jumlah persenjataan dan personel mereka kalah jauh dari Rusia. Namun, bantuan persenjataan dari negara-negara Barat bisa membalikkan situasi.

"Kami yakin Rusia telah merekrut personel dari penjara. Mereka juga bekerja sama dengan perusahaan militer swasta untuk meningkatkan sumber daya," ujar pejabat itu kemarin. Imbas kekurangan personel, Rusia juga mengubah gaya tempurnya dengan formasi yang lebih kecil.

Perang di Ukraina sudah berlangsung 162 hari, tapi belum ada tanda-tanda perdamaian. Situasinya justru kian memburuk. Padahal, Ukraina ingin perang usai sebelum musim dingin tiba Desember mendatang. Ketika salju turun, suhu udara di negara tersebut bisa mencapai minus 4,8 derajat Celsius.

Situasi itu jelas tidak menguntungkan untuk terus berperang. Sebab, masih banyak warga yang terjebak di area perang dengan kondisi memprihatinkan. Sebagian memang memilih untuk tetap tinggal. Namun, nasib mereka yang mengungsi juga tak kalah sengsara.

Survei yang dirilis Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) pada Rabu (3/8) menunjukkan hal itu. Sebanyak 60 persen penduduk yang memilih mengungsi di dalam negeri (IDP) kini tak memiliki pekerjaan. Padahal sebelum perang, mereka bekerja. Sebanyak 9 persen mengaku tidak punya pemasukan sama sekali sejak awal invasi.

Saat ini, total ada 6,6 juta IDP. Itu setara 15 persen dari populasi penduduk Ukraina. Sekitar 6,2 juta warga lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga. Total populasi di Ukraina sebelum perang mencapai 40 juta orang. Dengan 30 persen penduduk yang berstatus pengungsi, baik di dalam maupun luar negeri, IOM memperkirakan bahwa mengembalikan Ukraina ke situasi normal pascaperang akan membutuhkan waktu lama.

Berdasar data Bank Dunia, sejak awal perang hingga saat ini, hampir 700 ribu siswa dan 25 ribu pengajar harus kehilangan tempat tinggal. Selain itu, lebih dari 2 ribu institusi pendidikan rusak karena serangan bom dan misil. Sebanyak 200 di antaranya benar-benar hancur tak berbentuk.
"Butuh lebih dari 9 miliar dolar AS (Rp134,09 triliun) untuk membangun institusi pendidikan di negara tersebut," ucap Direktur Bank Dunia untuk Pendidikan Jaime Saavedra.

Kementerian Pertahanan Ukraina juga merilis data kerusakan akibat perang. Ada 140 ribu gedung permukiman penduduk yang rusak maupun hancur. Hal itu membuat 3,5 juta warga tidak memiliki tempat tinggal lagi.

Selain itu, ada 25 panti asuhan dan panti jompo yang rusak. Fasilitas kesehatan pun tak luput dari serangan. Total ada 830 faskes yang terdampak dan lebih dari 500 apotek serta 200 ambulans yang rusak atau bahkan hancur.

Kerusakan tidak hanya terjadi di permukiman penduduk dan lembaga pendidikan, tapi juga pembangkit tenaga nuklir yang berada di Zaporizhzhia. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) khawatir bahwa situasi di Zaporizhzhia benar-benar sudah di luar kontrol.

"Semua prinsip keselamatan nuklir telah dilanggar di sana. Apa yang dipertaruhkan sangat serius, mematikan dan berbahaya," tegas Dirjen IAEA Rafael Grossi kepada AP, seperti dikutip CNN. Zaporizhzhia saat ini diduduki Rusia.

Beberapa hari terakhir, ada sekitar 6 ribu penduduk Ukraina di Zaporizhzhia yang berusaha mengungsi. Namun, mereka terhalang hujan deras yang mengakibatkan banjir.

Satu-satunya rute untuk keluar dari Zaporizhzhia adalah lewat Vasylivka. Itu adalah koridor kemanusiaan untuk evakuasi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendorong penduduk di area yang diduduki Rusia maupun titik pusat pertempuran untuk segera mengungsi.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook