JAKARTA (RP) - Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK) mendapat misi kemanusian baru. Selain harus tetap menjadi Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) JK juga mendapat kepercayaan untuk mencari solusi atas penyiksaan yang dihadapi muslim Rohingya di Myanmar.
JK diundang menjadi pembicara dalam pertemuan yang digagas Organisasi Kerjasama Islam (Organisation of Islamic Cooperation) di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (3/8).
‘’Pak Jusuf Kalla dan rombongan bertolak ke Kuala Lumpur,” jelas Husain Abdullah, orang dekat Jusuf Kalla yang ikut dalam rombongan ke Malaysia melalui pesan pendek kepada JPNN.
Seperti diketahui, JK adalah tokoh Indonesia mengecam penyiksaan muslim Rohingya. ‘’Saya akan berada di belakang Muslim Rohingya,” tegas JK beberapa waktu lalu.
Kepercayaan terhadap JK untuk mencari solusi terhadap penganiayaan muslim Rohingya mendapat apresiasi sejumlah pihak.
Kepercayaan ini dinilai merupakan pembukti bahwa dunia internasional mengakui eksistensi JK di misi kemanusiaan.
‘’Pak JK pimpin pertemuan humanitarian untuk Muslim Rohingya di Kuala Lumpur, yang dihadiri berbagai negara. Satu lagi pembuktikan Pak JK,” kata anggota DPR dari Fraksi Hanura, Akbar Faizal.
Tolak Bantuan Rohingya
Di bagian lain, Pemerintah Bangladesh menyerukan kepada tiga lembaga bantuan internasional untuk tidak menolong ribuan pengungsi Rohingya yang lari dari kekerasan di Myanmar. Hal ini dimaksudkan agar tidak menambah banyak jumlah pengungsi di negara tersebut.
Diberitakan Reuters, Kamis (2/8), tiga lembaga bantuan internasional tersebut adalah Midecins Sans Frontihres asal Prancis, Muslim Aid dan Action Against Hunger asal Inggris. Larangan tersebut disampaikan oleh Joynul Bari, komisi distrik selatan di Cox’s Bazar, yang mengaku menerima perintah dari Biro Urusan NGO Bangladesh.
‘’Lembaga amal itu telah memberikan bantuan bagi puluhan ribu pengungsi ilegal Rohingya yang tidak tercatat, kami meminta mereka menghentikan proyek tersebut,’’ kata Bari.
Ketiga lembaga amal itu dilaporkan telah memberikan bantuan kesehatan, makanan, minuman dan pelatihan kerja di kamp pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar sejak tahun 1990an. Bari mengatakan bantuan ketiga NGO itu di saat konflik malah memicu semakin banyak Rohingya di Myanmar lari ke Bangladesh.
Pemerintah Bangladesh mengatakan saat ini telah ada 300.000 Rohingya di negara mereka. Mayoritas berada di kamp pengungsi Cox’s Bazar yang dijalankan PBB. Kebanyakan melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari hukuman pemerintah junta Myanmar pada tahun 90-an.
Konflik berdarah di Provinsi Arakan telah menewaskan sedikitnya 77 orang dari etnis Rohingya dan Buddha Rakhine. Itu laporan dari pemerintah, saksi mata memperkirakan jumlah korban lebih banyak lagi.
Human Right Watch melaporkan, tentara pemerintah turut andil dalam pembunuhan, perkosaan dan pembakaran rumah warga Rohingya.
Akibat kekerasan ini, ratusan Muslim Rohingya memilih mempertaruhkan nyawa mereka mengarungi lautan menggunakan perahu boat seadanya dan menyusuri hutan lebat untuk mengungsi ke Bangladesh.
Khawatir jumlah Rohingya semakin membengkak, Pemerintah Bangladesh malah mengusir boat-boat Rohingya untuk kembali ke Myanmar.
Padahal, Amerika Serikat dan kelompok HAM telah mendesak Bangladesh untuk menerima para warga yang dianggap terbuang ini.(izl)