Cina Larang Muslim Uighur Puasa

Internasional | Sabtu, 04 Agustus 2012 - 09:29 WIB

BEIJING (RP) - Berdalih stabilitas sosial, pemerintah Cina melarang Muslim di Provinsi Xinjiang untuk beribadah puasa selama Ramadan.

Para anggota Partai Komunis di wilayah tersebut juga diminta sebisa mungkin mencegah muslim berpuasa.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diberitakan Hindustan Times, Kamis (2/8), larangan ini disampaikan oleh Cina di situs-situs pemerintah.

Selain dilarang berpuasa, para pejabat pemerintah di Xinjiang yang juga anggota Partai Komunis diminta untuk menghalangi etnis muslim Uighur untuk mendatangi masjid dan beribadah.

Perintah larangan yang sama juga datang dari biro pendidikan di Xinjiang, tepatnya di Kota Wensu.

Dalam situs biro pendidikan kota, sekolah-sekolah diminta untuk memastikan bahwa murid-murid mereka tidak puasa dan masuk masjid.

Bahkan, demi mendorong warga Uighur tidak puasa, pemerintah dalam situsnya mendesak pemimpin partai di provinsi tersebut untuk memberikan hadiah berupa makanan kepada para kepala desa. Hal ini untuk memastikan bahwa mereka makan selama Ramadan.

‘’Komite Partai Komunis telah mengeluarkan kebijakan yang komprehensif untuk menjaga stabilitas sosial selama Ramadan. Dilarang bagi kader Partai Komunis, pegawai pemerintah (termasuk yang sudah pensiun) dan siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas reliji selama Ramadan,’’ tulis pernyataan dalam situs kota Zonglang di distrik Kashgar Xinjiang.

Larangan berpuasa selama Ramadan ini tidak ayal menimbulkan kecaman di kalangan masyarakat Uighur. Kelompok HAM Uighur, Kongres Uighur Dunia, khawatir larangan Pemerintah Cina akan memicu konflik dan bentrokan baru di Provinsi Xinjiang.

‘’Dengan melarang berpuasa selama Ramadan, Cina menggunakan metode administratif untuk memaksa etnis Uighur makan demi membatalkan puasa,’’ kata Dilshat Rexit, juru bicara Kongres Uighur Dunia, di luar negeri.

Xinjiang yang terletak di Barat Laut Cina adalah rumah bagi sembilan juta etnis muslim Uighur. Etnis minoritas yang berbahasa Turki ini sering bentrok dengan Pemerintah Cina dan etnis mayoritas Han.

Pada 2009, sebanyak 200 orang tewas dalam bentrokan kedua etnis di Urumqi, ibukota Xinjiang.

Juni lalu, polisi menyerbu sebuah madrasah yang mengajarkan Alquran di wilayah ini. Sebanyak 17 orang, 12 di antaranya anak-anak, terluka saat polisi menggunakan bom untuk mendobrak masuk.

Muslim Uighur juga sering dituduh sebagai pemicu separatisme dan terorisme. Kemarin, diberitakan Reuters, sebanyak 20 orang etnis Uighur divonis penjara hingga 20 tahun atas tuduhan tersebut.

Cina menuduh mereka adalah salah satu anggota separatis yang ingin mendirikan negara merdeka Turkistan Timur.(viv/int/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook