KAIRO (RP) - Mesir kembali dilanda krisis politik. Presiden Mohamed Mursi yang baru sekitar setahun berkuasa, dipaksa lengser oleh militer, Rabu (3/7) malam waktu setempat.
Lengsernya Presiden Mursi membuat warga Mesir yang menentang kekuasaan presiden pertama hasil pemilihan demokratis di negeri Piramida itu tumpah ke jalan-jalan untuk meluapkan suka cita. Selanjutnya, Mesir di bawah kendali pemerintahan sementara.
Seiring kudeta yang dilakukan militer di bawah kendali Jenderal Abdel Fatah al-Sisi, Mursi kini diamankan di sebuah barak militer. Sementara tank-tank dan tentara mengamankan area tempat pendukung Mursi dari kelompok Ikhwanul Muslimin berkumpul untuk menentang kudeta.
Mursi secara dramatis dikudeta setelah setahun memimpin Mesir. Ia naik menjadi Presiden Mesir kelima setelah memenangi pemilihan menyusul gejolak pasca-lengsernya Presiden Husni Mubarak, dua tahun silam lewat revolusi Musim Semi yang merebak pada 2011 silam di Jazirah Arab.
Terpilihnya Mursi tak membuat gejolak politik di Mesir berhenti. Tuntutan agar Mursi lengser terus disuarakan kelompok oposisi. Namun, Mursi yang awalnya menolak lengser, pada pukul 19.00 waktu setempat diberitahu bahwa militer telah mengambilalih kendali pemerintahan melalui kudeta.
Seperti dilaporkan Daily Telegraph, Kamis (4/7) dini hari, al Sisi dengan dukungan ulama terkemuka Mesir yang juga Imam Besar Al-Azhar, Ahmad al Tayeeb dan pemimpin tertinggi Gereja Koptik, Paus Tawadros II, mengklaim langkahkudeta itu untuk memenuhi panggilan patriotik. Selanjutnya, al-Sisi mengumumkan bahwa sebuah peta jalan politik telah ditetapkan untuk menangguhkan konstitusi, membentuk pemerintahan sementara dan menyiapkan pemilihan umum baru.
Al-Sisi memilih Ketua Mahkamah Konstitusi, Adly Mansour sebagai Presiden Mesir yang berwenang penuh mengeluarkan dekrit. Salah satu tugas Adli adalah menyiapkan pemilihan umum.(ara/jpnn)