KUALA LUMPUR (RP) - Perolehan suara dua poros kekuatan politik yang akan bertarung dalam pemilihan raya Malaysia besok (5/5), diperkirakan hanya akan terpaut tipis. Persaingan ketat antara kalangan oposisi dan incumbent tersebut, membuka potensi chaos terbuka di negara berpenduduk sekitar 29 juta orang itu.
"Kalau ditanya apa kekhawatiran kami, maka kerisauan tentang kemungkinan huru-hara saat ini yang sedang kami rasakan," ujar Divisi Media Ahmad Kamal Zailani saat ditemui di kantor UMNO Kuala Lumpur, Jumat (3/5). UMNO adalah partai utama koalisi Barisan Nasional dikomandani PM Najib Razak yang kini berkuasa di Malaysia.
Dia kemudian menuding kecenderungan melakukan kerusuhan itu ada pada kubu oposisi. Meski tidak menunjuk langsung, menurut dia, sejumlah peristiwa kekerasan yang terjadi selama masa kampanye telah menjadi indikasi kuat. "Kalau kantor kami di daerah dirusak, atau orang UMNO dipukul, tentu yang melakukan kan bukan kami sendiri," ucapnya.
Di sisi lain, dia mengaku, kalau pihaknya memiliki komitmen sebaliknya yang akan terus dijaga sampai nanti. Yaitu, terus menjaga stabilitas Malaysia dengan baik. "Itu komitemen UMNO, kami akan jaga stabilitas apapun hasilnya (pemilihan raya)," tandasnya.
Saat disinggung tentang optimisme kembali bisa menguasai parlemen menyangkut kondisi terkini, Kamal mengatakan kalau pihaknya harus tetap yakin. "Kalau anda tanya saya, saya ini orang UMNO, karena itu saya yakin menang, kami harus terus menjaga winning spirit terutama agar yang di bawah terus bersemangat," tandasnya.
Kemarin, sebuah lembaga riset lokal Merdeka Center merilis hasil survei terkait dengan peta dukungan pemilihan raya terakhir. Hasilnya, koalisi partai oposisi menang tipis. Sekitar 42 persen responden menginginkan Pakatan Rakyat yang dipimpin mantan Wakil PM Malaysia Anwar Ibrahim untuk memimpin pemerintahan.
Di survey yang dilaksanakan 28 April " 2 Mei tersebut, pihak koalisi Barisan Nasional hanya dipilih oleh 41 persen responden. Atau, hanya berselisih satu persen dengan dukungan terhadap partai oposisi. Selebihnya, sebanyak sekitar 17 persen menyatakan tidak tahu/tidak mau menjawab.
Survei yang dilansir dua hari sebelum pemilihan raya itu melibatkan 1600 responden yang pilih secara acak dari populasi pemilih yang ada. "Sebagian orang tetap khawatir jika pemerintahan bisal lebih baik jika tidak lagi dipegang oleh penguasa saat ini," ujar peneliti Merdeka Center Ibrahim Suffian usai merilis hasil survei lembaganya di Kuala Lumpur kemarin.
Suasan tegang di kubu incumbent menjelang detik-detik pemilihan terasa saat Jawa Pos berkesempatan mengunjungi kantor pusat UMNO di lantai 37 Tower Onn Kuala Lumpur. Tidak banyak aktivitas di markas partai penguasa di Malaysia tersebut. Beberapa aktivis partai yang dijumpai di kantor itu tampak serius, beberapa diantaranya terdengar sedang mendiskusikan sejumlah strategi-strategi pemenangan di beberapa wilayah.
Terkait potensi chaos, sejumlah situs berita lokal melaporkan bahwa pihak kepolisian di Selangor saja telah menerima 240 laporan terkait pelaksanaan pemilihan raya ke-13 kali ini. Beberapa diantaranya terkait laporan tindakan kekerasan. Laporan-laporan itu mulai diajukan, baik dari pihak incumbent maupun oposisi, sejak masa awal kampanye pada 20 April hingga kemarin.
Dalam pernyataan yang dikirim, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim menilai sejumlah insiden kekerasan mencurigakan. Dia menunjuk, misalnya, munculnya ledakan saat pihak Koalisi Barisan Nasional melakukan kampanye di Penang pada akhir April lalu.
Menurut Anwar, berdasar waktu dan lokasi kejadian, insiden tersebut terkesan kuat sengaja dibuat untuk maksud untuk menciptakan ketakutan di kalangan masyarakat. "Sekaligus memicu kekacauan-kekacauan lainnya," ujar Anwar.
Dia kemudian mengecam sekaligus menghimbau agar pelaku menghentikan aksinya. "Segala bentuk kekerasan politik patut dan harus dikecam, ini semua bisa merusak demokrasi," tandasnya. (dyn/jpnn)