TEHERAN (RIAUPOS.CO) - Hubungan Iran dan Arab Saudi membara. Itu terjadi setelah Pemerintah Arab Saudi mengeksekusi 47 militan Suni dan Syiah yang ditengarai terlibat dalam jaringan Al Qaeda pada Sabtu (2/1). Mayoritas yang dieksekusi tersebut terlibat dalam aksi pengeboman sejak 2003. Yang mejadi masalah, salah satu di antaranya adalah ulama Syiah yang cukup terkemuka, yaitu Nimr Al Nimr.
Meski merupakan penduduk Saudi, Nimr sangat dihormati di Iran. Dia pernah belajar teologi di Iran lebih dari satu dekade. Selama ini, Nimr memang terkenal kritis terhadap Pemerintah Saudi. Dia berkali-kali menyerukan adanya pemilu di Arab Saudi dan mengkritik berbagai kebijakan yang diambil pemerintah. Pemerintah Saudi menuding Nimr sebagai dalang dari protes antipemerintah yang dilakukan warga Syiah sejak 2011. Dia ditembak di bagian kaki dan ditahan pada 8 Juli 2012. Baru pada 15 Oktober 2014, Nimr dijatuhi hukuman mati, lantas dieksekusi pada Sabtu lalu.
Eksekusi tersebut langsung memantik amarah dari warga Syiah di berbagai penjuru dunia. Terutama di Iran. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, di akun Twitter-nya menyebutkan bahwa Nimr tidak pernah mengajak orang melakukan gerakan bersenjata maupun terlibat gerakan rahasia. Menurut Khamenei, satu-satunya yang dilakukan Nimr adalah mengkritik Pemerintah Saudi. Tindakan eksekusi itu, menurut Khamenei, adalah kesalahan politik yang dibuat Saudi.