KAIRO (RP)- Ribuan pendukung klub Al-Masry memasuki lapangan dan menyerang para pemain Al-Ahly. Sedikitnya 74 orang tewas dalam bentrokan antar kelompok pendukung klub papan atas Liga Mesir Al-Masry dan Al-Ahly di Kota Port Said, Rabu (1/2) malam waktu setempat.
Selain itu puluhan lainnya terluka saat kedua kubu penggemar yang bersenjatakan pisau menyerbu lapangan usai pertandingan antara kedua klub itu. Aparat keamanan khawatir jumlah korban tewas terus bertambah. Dilaporkan sebagian korban tewas adalah petugas keamanan.
Berkabung Nasional
Pemerintah Mesir telah menetapkan masa berkabung nasional selama 3 hari, terhitung sejak, Kamis (2/2) kemarin.
‘’Masa berkabung nasional diumumkan selama 3 hari, sejak hari Kamis (2 Februari 2012) hingga matahari tenggelam pada hari Sabtu (4 Februari 2012),’’ demikian pernyataan militer yang berkuasa di Mesir, Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) dalam akun Facebook-nya seperti dilansir oleh media terbesar di Mesir, Ahram Online, Kamis (2/2).
Masa berkabung ini bertujuan untuk memberikan perhormatan terakhir bagi para korban tewas dalam tragedi sepakbola terburuk dalam beberapa tahun terakhir di Mesir tersebut. Ditambahkan juga, otoritas Mesir akan membentuk sebuah komite khusus untuk menyelidiki insiden maut yang sejauh ini menewaskan 74 orang.
‘’Sebuah komite penyelidikan akan dibentuk untuk menemukan kebenaran di balik insiden naas ini dan juga untuk membawa pihak-pihak yang bertanggung jawab ke pengadilan,’’ tegas SCAF dalam pernyataannya seperti dilansir detik.com. Menteri Kesehatan Mesir Hesham Sheiha menyatakan, insiden itu adalah kerusuhan sepakbola terburuk di negeri itu. ‘’Peristiwa ini sangat buruk dan menyedihkan,’’ tutur Hesham sepertimana dilansir BBC, Kamis (2/2).
Wartawan BBC di Kairo Jon Leyne mengatakan, buruknya pengamanan di stadion menjadi penyebab kerusuhan berdarah itu. Selain itu, pendukung sepakbola di Mesir terkenal brutal terutama pendukung klub Al-Ahly yang menyebut diri mereka Ultras. Anggota Ultras banyak terlibat juga dalam berbagai unjuk rasa politik belakangan ini, kata Leyne.(jpnn)