TOKYO (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah Jepang harus menyelidiki lebih dalam perihal kejadian yang seharusnya mustahil: lolosnya Carlos Ghosn yang berada dalam tahanan kota ke luar negeri. Mantan CEO sukses yang terjerat lima dakwaan itu tiba-tiba saja sudah berada di Beirut, kampung halamannya di Lebanon, sebelum tahun berganti.
KEDIAMAN Carlos Ghosn sepi. Padahal, beberapa hari lalu, dia baru saja merayakan pesta Natal. Kini rumah tersebut ditinggalkan tanpa penghuni. Hanya jaksa dan polisi yang baru-baru ini menyambangi rumah di Tokyo, Jepang, itu.
Mantan CEO Nissan itu melewatkan lebih dari satu tahun di rumah tersebut. Bagi Ghosn, tempat itu tak berbeda dengan penjara. Gerak-geriknya selalu diawasi. Dia juga dilarang bertemu dengan istri tercinta dan terbarunya, Carole.
Ghosn menjadi tahanan rumah dan menghadapi lima dakwaan terkait dengan dugaan korupsi di perusahaan Nissan. Dia keluar dari bui dengan jaminan uang total Rp186 miliar. Itu juga dengan syarat tambahan bahwa ketiga paspor milik Ghosn dipegang kuasa hukumnya.
Karena itu, kabar bahwa pria 65 tahun tersebut tiba dengan selamat di Beirut malam tahun baru benar-benar mengejutkan dunia. Ghosn yang sukses membawa Nissan dari perusahaan yang terpuruk menjadi kembali perkasa itu merasa bahwa dirinya tidak bersalah. "Saya telah meloloskan diri dari ketidakadilan dan persekusi yang saya terima," ungkap Ghosn lewat pernyataan resmi yang disebarkan perusahaan public relations.
Otoritas Negeri Matahari Terbit jelas tertunduk malu. Jepang terkenal dengan kecanggihan teknologi dan hukum yang ketat dan tegas. Namun, mereka baru saja mengalami kebobolan besar.
Misteri tersebut jelas membuat penasaran. Bagaimana dia bisa keluar dari Jepang. Kemudian, bagaimana pria dengan tiga kewarganegaraan itu masuk ke Lebanon dengan legal. Sebab, pemerintah Lebanon menegaskan bahwa Ghosn masuk dengan menunjukkan paspor resmi.
"Yang bersangkutan memasuki Lebanon secara resmi seperti yang dikonfirmasi Lebanese General Security," tulis Kementerian Luar Negeri Lebanon.
Perlahan, fakta-fakta baru terungkap. NHK mengabarkan bahwa Carlos Ghosn ternyata punya dua paspor Prancis. Awalnya, kuasa hukum Ghosn menyita dua paspor tersebut beserta paspor Lebanon dan Brazil.
Namun, keadaan berubah Mei lalu. Dengan dasar aturan bahwa setiap warga asing harus bisa menunjukkan paspor kapan pun, salah satu paspor Prancis diberikan kepada Ghosn. Paspor itu disimpan dalam kotak yang dikunci dengan kata sandi. Hanya tim kuasa Ghosn yang tahu sandi tersebut.
"Saya menyesal dia telah memilih jalan seperti ini. Kabur dari hukum merupakan tindakan yang tak bisa dimaafkan," ujar Junichiro Hironaka, salah seorang pengacara Ghosn.
Namun, masih ada teka-teki tentang pintu keluar Ghosn dari Jepang. Salah satu teori yang muncul berawal dari pesta Natal di kediaman Le Cost Killer, julukan Ghosn. Kabarnya, band yang diundang dalam pesta tersebut menyelundupkan Ghosn dalam salah satu tas berisi instrumen musik.
Imad Ajami, salah seorang kenalan Ghosn, membenarkan teori tersebut. Menurut dia, setelah bersembunyi di kargo, Ghosn diantar menuju bandara di luar Tokyo. Dari sana, dia diseludupkan melalui kargo dalam pesawat pribadi menuju Turki. "Hanya dua anggota dari seluruh band yang tahu soal ini," imbuhnya kepada Kyodo News.
Menurut Al Jazeera, rencana kabur tersebut sudah dirancang perusahaan keamanan swasta tiga bulan sebelumnya. Carole Ghosn, sang istri, diduga turut membantu perencanaan itu. Financial Times juga melaporkan bahwa pemerintah Lebanon sendiri yang meminta agar Ghosn kembali ke Lebanon. Rumornya, dia ditawari kursi sebagai menteri kabinet Presiden Michael Aoun.
Arab News melaporkan, Flight Radar 24 berhasil melacak dua penerbangan mencurigakan. Penerbangan pertama terjadi pada 29 Desember dari Bandara Kansai, Osaka, menuju Istanbul. Kemudian, penerbangan pribadi dari Istanbul ke Beirut keesokan harinya. Namun, semua itu belum terbukti. Sampai saat ini, pemerintah Jepang masih bungkam. Dunia kini menunggu jalan cerita berikutnya.(bil/c19/sof/das).
Laporan JPG, Tokyo