JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Ketegangan yang terjadi di jalur Gaza sejak (7/10) lalu telah membuat pihak Israel menginginkan adanya zona penyangga di perbatasan Gaza.
Zona penyangga adalah wilayah netral yang terletak di antara dua atau lebih daratan, biasanya berkaitan dengan negara.
Zona tersebut dapat berfungsi untuk memisahkan wilayah atau menggabungkannya. Jenis-jenisnya yakni zona demiliterisasi, zona perbatasan, dan zona kemudahan tertentu yang bersifat restriktif serta jalur hijau.
Dilansir dari Reuters, Israel telah memberi tahu beberapa negara Arab bahwa mereka ingin membuat zona penyangga di perbatasan Gaza sisi Palestina.
Hal ini dilakukan untuk mencegah serangan di masa depan sebagai bagian dari proposal wilayah di kantong tersebut setelah perang berakhir.
Menurut tiga sumber regional, Israel telah mengaitkan rencananya dengan negara tetangganya seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA) serta Arab Saudi.
"Israel menginginkan zona penyangga antara Gaza dan Israel dari utara ke selatan untuk mencegah Hamas atau militan lainnya menyusup atau menyerang Israel," kata seorang pejabat senior keamanan regional.
Ketika ditanya tentang rencana zona penyangga, Ophir Falk, penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada Reuters, "Rencananya lebih rinci dari itu. Ini didasarkan pada proses tiga tingkat sehari setelah Hamas."
Ia menambahkan, tiga tingkatan tersebut adalah penghancuran Hamas, demiliterisasi Gaza, dan deradikalisasi wilayah kantong tersebut.
Sementara itu belum ada komentar resmi dari Mesir, UEA, Yordania dan Turki terkait keinginan Tel Aviv tersebut.
Seorang pejabat UEA tidak menanggapi secara langsung ketika ditanya apakah Abu Dhabi telah diberitahu tentang zona penyangga tersebut, akan tetapi ia mengatakan "UEA akan mendukung segala pengaturan pascaperang di masa depan yang disepakati oleh semua pihak terkait," ujarnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi