KARTUN NABI MUHAMMAD

Berupaya Memahami Umat Islam, tapi Macron Kukuh soal Kebebasan Berekspresi

Internasional | Senin, 02 November 2020 - 04:07 WIB

Berupaya Memahami Umat Islam, tapi Macron Kukuh soal Kebebasan Berekspresi
Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (AFP/MIRROR)

PARIS (RIAUPOS.CO) - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berupaya menurunkan ketegangan dengan negara-negara Islam terkait penerbitan kartun Nabi Muhammad. Dia mengatakan berusaha menenangkan suasana dan memahami umat muslim. Sayangnya, dia tetap kukuh soal kebebasan berekspresi.

Macron sempat jadi sasaran kritik dan kecaman menyusul ucapannya yang menyebut insiden pembunuhan Samuel Paty --seorang guru yang membahas kartun Nabi Muhammad di kelas kebebasan berekspresi-- sebagai aksi teror Islam.


Orang nomor satu Prancis juga menegaskan komitmennya menjaga ideologi sekuler, termasuk di dalamnya menjamin kebebasan berekspresi. Langkah yang dianggap mendukung penerbitan kartun Nabi Muhammad.

Pemimpin negara-negara Islam beramai-ramai mengecam pernyataan Macron yang dianggap berusaha menguatkan label Islam sebagai agama teroris.

Tampil dalam wawancara di stasiun televisi Arab, Aljazeera, Sabtu (31/10/202) waktu setempat, Macron berusaha meredakan ketegangan dengan muslim dunia. Dia menyebut dirinya dihadapkan situasi sulit, antara pemberantasan terorisme serta menjamin kebebasan berekspresi sesuai undang-undang.

"Saya bisa mengerti bahwa orang bisa terkejut dengan karikatur Nabi Muhammad, tapi saya tidak pernah bisa menerima kekerasan," kata Macron dikutip dari AFP, Ahad (1/11/2020).

"Saya memahami perasaan yang timbul, saya menghormati mereka (umat Islam, red). Tetapi saya ingin Anda memahami peran yang saya miliki. Peran saya adalah menenangkan segalanya, seperti yang saya lakukan di sini, pada saat yang sama adalah melindungi hak-hak ini," lanjutnya.

Lebih lanjut, Macron kembali menegaskan sikapnya melindungi hak kebebasan warga negara Prancis dalam menyuarakan pendapat serta kebebasan berekspresi.

"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar," ujarnya.

Pascainsiden pembunuhan Samuel Paty, Prancis dihantui serangkaian aksi teror yang memakan korban jiwa. Kamis (29/10/2020), tiga orang jemaat dibunuh di gereja Basilica Notre-Dame menggunakan pisau. Pelaku penusukkan berhasil dilumpuhkan polisi.

Terbaru, seorang pendeta jadi korban luka ditembak dari jarak dekat oleh seorang pria di depan Gereja Ortodoks Yunani di Kota Lyon, Sabtu (31/10/2020) waktu setempat.

Sumber: Aljazeera/News/AFP/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook