60 RIBU NYAWA TERANCAM

Tragedi Rohingya, Ini Permintaan GP Anshor kepada Pemerintah

Internasional | Sabtu, 02 September 2017 - 16:00 WIB

Tragedi Rohingya, Ini Permintaan GP Anshor kepada Pemerintah
Ilustrasi. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor ikut mengecam tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya, Arakan, Wilayah Rakhine, Myanmar.

"Mengajak semua untuk menyatukan hati, tekad, semakat dan usaha untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial‎," kata Wakil Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Mahmud Syaltout  dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9/2017).

Baca Juga :Tak Ada Anggaran untuk Pengungsi Rohingnya

Adapun GP Ansor telah membaca dengan saksama laporan UN Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) 2017 maupun laporan-laporan dari lembaga yang dipercaya lainnya. Kini, ada 60 ribu lebih etnis Rohingya yang merasa nyawanya terancam dan pergi menyelamatkan diri dari daerah konflik dan ribuan lebih korban telah tewas dibunuh secara keji.

Di sisi lain, ribuan orang pula telah dihilangkan secara paksa. Dari laporan itu, sebanyak 64 persen dari etnis Rohingya melaporkan pernah mengalami penyiksaan secara fisik maupun mental. Ada 52 persen perempuan Rohingya melaporkan mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual lainnya yang mengerikan. Ditambah lagi dengan penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang sekaligus penyiksaan selama penahanan terhadap ribuan warga Rohingya.

"Perusakan maupun penjarahan terhadap rumah, harta benda, makanan dan sumber makanan warga Rohingya secara masif, serta pengabaian maupun ketiadaan perawatan kesehatan terhadap para korban," tuturnya.

Menurut GP Ansor, peristiwa itu merupakan tragedi kemanusiaan terparah di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, dilakukan secara struktur Karena dilakukan oleh pemerintah Myanmar baik aparat militer, keamanan, sampai kepolisian. GP Ansor menilai tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya merupakan konflik geopolitik, khususnya pertarungan kekuasan di daerah Arakan-Rakhine, yang dihuni mayoritas etnis Rohingya.

"Dengan dugaan kuat didasarkan pada perebutan secara paksa tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas, di wilayah-wilayah sekitar," sebutnya.

Selanjutnya, GP Ansor membaca bahwa etnis Rohingya yang tinggal di daerah Arakan - Rakhine memang menjadi sasaran khusus dengan operasi terselubung dan terencana, yang menyasar praktek dan simbol agama serta membenturkan antar umat beragama termasuk di dalamnya dengan melakukan pembakaran Alquran, pemerkosaan di masjid, mempersenjatai dan memprovokasi warga Rakhine untuk juga melakukan persekusi terhadap minoritas Rohingya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook