"Inisiatif ini mendapat tanggapan luar biasa, terutama di Provinsi Riau." H Masriadi Hasan, Ketua Baznas Riau.
PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Riau bersama dengan Baznas kabupaten/kota, pemerintah provinsi, forum zakat, sekolah, pondok pesantren, dan kantor-kantor berhasil mengumpulkan donasi untuk Palestina sebesar Rp11.165.636.501. Dana yang terkumpul tersebut merupakan donasi yang dilakukan sejak 1 Oktober lalu.
Ketua Baznas Riau H Masriadi Hasan mengatakan, pengumpulan donasi tersebut didasari pada keprihatinan atas kondisi masyarakat Palestina saat ini yang sedang menghadapi agresi militer Israel dan telah banyak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. “Menyikapi situasi kritis yang dihadapi oleh rakyat Palestina tersebut, Baznas di Indonesia telah mengeluarkan arahan untuk memobilisasi dukungan di seluruh negeri. Inisiatif ini mendapat tanggapan luar biasa, terutama di Provinsi Riau,” katanya, Senin (20/11).
Masriadi menambahkan, berbagai cabang Baznas di Riau bersama organisasi amil lainnya telah aktif terlibat dalam upaya penggalangan dana melalui berbagai saluran. Dengan menggunakan metode seperti mobilisasi relawan, kampanye media sosial, upaya langsung, dan lainnya, upaya bersama ini telah mencapai puncaknya dalam kampanye donasi besar-besaran.
“Puncak dari kampanye ini berlangsung pada 10 November 2023 di Masjid Raya An-Nur Provinsi Riau. Acara tersebut melibatkan partisipasi luas dari semua lapisan masyarakat Riau, termasuk badan pemerintah, lembaga-lembaga, forum zakat, masjid, sekolah, pondok pesantren, kantor-kantor, dan individu,” sebutnya.
Kampanye penggalangan dana ini mencakup berbagai bentuk sumbangan, termasuk transfer elektronik, sumbangan tunai, emas, barang-barang, kendaraan bermotor, dan lain sebagainya. Sejak dimulainya penggalangan dana pada 1 Oktober 2023, hingga 17 November 2023 telah terkumpul Rp11 miliar lebih.
“Dengan rincian, Baznas Provinsi Riau Rp5.641.598.280, Baznas kabupaten yang disetor ke pusat yakni Baznas Siak Rp1.350.000.000, Dana LAZ yang masuk ke FOZ sebesar Rp2.286.120.956 (disalurkan langsung), Baznas kabupaten melaporkan pengumpulan ke Baznas provinsi Rp1.887.917.265. Total dana yang terkumpul di Provinsi Riau sebesar Rp11.165.636.601,” paparnya.
Dari donasi yang terkumpul oleh Baznas Provinsi Riau ini, sejumlah Rp5.641.598.280 akan dikirim ke Kantor BAZNAS Nasional, Rabu (22/11) besok. Selanjutnya, donasi tersebut akan disalurkan melalui jalur resmi pemerintah untuk mencapai Palestina. “Untuk penggalangan donasi ini masih akan dibuka hingga akhir November mendatang. Semoga kontribusi yang diberikan dapat meringankan penderitaan saudara-saudara kita di Palestina. Menjadi bukti iman dan ketakwaan kita di hadapan Allah SWT,” harapnya.
Boikot Produk Terafiliasi Israel
Gencarnya seruan boikot dari masyarakat Indonesia terhadap produk yang terafiliasi Israel maupun produk Yahudi mulai dirasakan dampaknya, khususnya para pedagang yang mengeluhkan barang yang dijualnya tak laku.
“Sabun cuci piring (sunlight) tak ada yang mau beli lagi. Padahal sebelumnya sangat laris kan?. Saya bingung juga ini, mau dikayak manakan lagi. Gak ada yang mau beli lagi. Mereka ganti sabun lain ada juga yang ganti sabun colek dan pakai sabun balok,” ujar Dini pemilik swalayan besar di Jalan Purwodadi Pekanbaru, Senin (20/11).
Tak hanya produk sabun cuci piring cair saja, dia mengeluhkan masih ada produk lainnya yang tidak laku lagi. Bahkan sudah tidak dibeli lagi sejak sepekan terakhir. Salah satunya air mineral dengan merek yang sudah terkenal. Bahkan ia berani untuk menghentikan dulu pasokan dari distribusinya. “Langganan saya yang biasanya membeli air mineral itu (Aqua), sekarang tak mau beli lagi. Dia bilang beli yang lain saja karena air mineral yang biasa dibelinya itu dia katakan produk Yahudi. Kalau seperti ini gimana ya,” keluhnya.
Masih ada beberapa produk lainnya yang menurut dia juga sudah tidak dibeli oleh masyarakat lagi. Alhasil, sebagian barang dagangannya tidak laku seperti sebelumnya. “Jajanan seperti coklat dan jajanan lain juga tak laku lagi. Karena biasanya jajanan atau snack dalam sehari sudah habis. Sekarang masih penuh di rak-rak toko,” tambahnya.
Meski berkurang, namun ia mengaku tidak begitu mengalami kerugian. Sebab barang yang dipajang di swalayannya hampir semuanya produk titipan pemasok atau distributornya. “Semua produknya kan punya distributor. Tak laku yang diambil lagi sama mereka. Mereka juga sudah tahu kalau produknya mulai ditingggal pembelinya. Kita ya kurang pendapatannya saja, tetapi tak rugi karena bukan barang kita yang dijual,” terangnya.
Hal senada diungkapkan Syifa. Pemilik swalayan tersebut juga mengadu produk yang tak laku lagi yakni minuman mineral kemasan galonan. Ia mengatakan pelangganya sudah beralih membeli minuman mineral merek lainnya.
“Sudah tak laku lagi. Mereka sudah tak mau membeli minuman galon dari Yahudi. Sabun cuci piring cair (sunlight), juga sudah tidak dibeli lagi. Pokoknya turun pembelinya, yang beli sedikit,” tambah Syifa.
Jika di swalayan produk tersebut sudah tidak dibeli lagi oleh masyarakat, bagaimana dengan di warung kecil? Penjualan sabun cuci piring cair memang yang paling berdampak. Masyarakat juga sudah enggan membelinya. “Sabun cuci piring cair (sunlight) memang sudah tidak laris lagi. Banyak yang membeli sabun cuci piring colek. Mereka kan tau juga produk Israel itu dari yang sudah viral di medsos,” tambah Udin pedagang kelontong di Jalan Teropong.
Masyarakat mulai meninggalkan produk-produk Israel dan Yahudi karena merasa peduli terhadap kebebasan Palestina yang menjadi sasaran Israel. Mereka beranggapan dengan memboikot produk tersebut bisa berpartisipasi membela Palestina.
“Kalau untuk ikut perang kan tak mungkin, dengan tidak membeli produknya kan berharap dapat berpartisipasi. Kasihan Palestina menjadi sasaran tentara zionis. Ribuan anak-anak banyak yang jadi korbannya,” terang Desi, warga Pekanbaru.(sol/ilo)