JIMBARAN (RIAUPO.CO) - Usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN–Amerika Serikat (AS), para Menteri Ekonomi ASEAN akan bertolak ke Bali untuk memenuhi undangan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. Agenda khusus ini akan menitikberatkan pembahasan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN.
Pertemuan ini disebut pertemuan khusus karena tidak dijadwalkan sebelumnya dalam agenda resmi ASEAN. Selain itu, pertemuan ini diinisiasi bukan oleh negara pimpinan ASEAN yang saat ini dipegang Kamboja, melainkan inisiatif Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi.
“Dan tentunya khusus karena pertemuan ini adalah kali pertama para menteri ASEAN kembali bertemu secara fisik sejak diterapkannya protokol kesehatan Covid-19 dua setengah tahun silam,” kata Mendag Lutfi menjelaskan.
Mendag Lutfi menyampaikan, “Setidaknya ada tiga alasan strategis utama kenapa kami berinisiatif mengundang para menteri ekonomi ASEAN menghadiri Pertemuan Khusus Para Menteri Ekonomi ASEAN di Bali besok.”
Pertama, menurut Mendag, adalah kesuksesan ASEAN dalam KTT ASEAN–AS minggu lalu ketika Indonesia menjadi negara koordinator ASEAN. Keberhasilan KTT ASEAN–AS minggu lalu adalah momentum penting yang harus segera ditindaklanjuti dengan positif dan konkret.
“Kondisi perekonomian dunia saat ini sangat rapuh dan tidak pasti. ASEAN justru beruntung mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. Apalagi ASEAN sebagai satu komunitas adalah perekonomian ketujuh terbesar di dunia,” tambah Mendag Lutfi.
KTT ASEAN–AS minggu lalu ditutup dengan pernyataan bersama bahwa kerja sama ASEAN–AS akan ditingkatkan ke level kerja sama ekonomi yang komprehensif untuk ditandatangani pada pertemuan lanjutan di bulan November tahun ini.
Mendag Lutfi menyampaikan alasan kedua yang menjadikan AEM Special Meeting di Bali ini sangat penting. Menurut Mendag Lutfi, AEM Special Meeting di Bali akan memprioritaskan bagaimana sepuluh negara anggota ASEAN bisa lebih menyatu lagi dalam melindungi pertumbuhan ekonomi ASEAN, sambil meningkatkan integrasi dan kontribusi ASEAN terhadap perekonomian dunia.(rls)