RENGAT (RIAUPOS.CO) -- Ketua Komisi IV DPRD Indragiri Hulu (Inhu), Muhammad Syafaat SHI ME mengapresiasi penghargaan yang diraih sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA) kategori Nindya. Namun, atas penghargaan tersebut, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
"Saya atas nama pribadi maupun lembaga, mengapresiasi konsep, langkah, dan kinerja Pemkab Inhu yang sudah berusaha mewujudkan program pembangunan yang berorientasi pada hak dan kewajiban anak," ujar anggota DPRD Inhu dari Dapil 4 ini, Sabtu (23/7/2022).
Akan tetapi Syafaat menilai, secara realistis, sesungguhnya masih banyak terjadi persoalan. Di mana, anak dalam berbagai persoalan itu masih terlibat.
"Masih banyak indikator-indikator layak anak yang harus dipenuhi. Perkara terbaru misalnya, terjadi tindak pidana asusila terhadap anak berinisial N (9), yang dilakukan seorang anak berusia 15 tahun. Nah, ke depan bagaimana upaya membangun sinergitas antar lembaga agar anak-anak kita merasa bebas, aman, dan nyaman saat berada di lingkungannya," ungkap Syafaat.
Ketua DPD PKS Inhu ini juga menyoroti dari sisi kebijakan anggaran. Menurutnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi IV beberapa waktu lalu, anggaran di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Inhu masih sangat rendah.
Sehingga dengan anggaran yang minim, akselerasi pembangunan terkait anak tentu sangat lamban. Sementara pembangunan anak sangat penting. Sebab akan menentukan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Inhu di masa depan.
Minimnya ruang publik yang memenuhi hak-hak anak juga menjadi persoalan. Karena, selain lingkungan terkecil seperti rumah dan sekolah, anak juga butuh ruang yang lebih luas untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya.
"Dan itulah fungsi ruang publik. Lingkungan tempat anak bermain dan berinteraksi lebih luas. Pertanyaannya, apakah sudah memadai ruang publik kita. Apakah sudah ada ruang publik yang ramah anak di Inhu, ini?," beber Syafaat.
Syafaat melanjutkan, sejumlah persoalan masih mendera anak-anak saat ini, termasuk di Kabupaten Inhu. Makanya perlu perhatian semua pihak.
"Masih tinggi angka kriminalitas yang dilakukan oleh anak, seperti terjerat narkoba dan kenakalan lainnya, menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, anak terlantar serta anak yatim. Sementara masih kurang fasilitas permainan edukasi anak, program gizi untuk anak, ruang publik yang memiliki orientasi untuk anak," terangnya.
Laporan: Raja Kasmedi (Rengat)
Editor: Rinaldi