RENGAT (RIAUPOS.CO) - Setelah unjuk rasa berujung rusuh yang dilakukan warga lima desa di Kecamatan Batang Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, berdampak kepada sejumlah anak sekolah di daerah itu.
Pasalnya, dua unit bus sekolah milik PT Sinar Reksa Kencana (SRK) yang biasa digunakan untuk antar jemput anak sekolah ikut terbakar dalam aksi unjuk rasa yang terjadi, Selasa (14/6). Akibatnya, sejak Rabu (15/6), puluhan anak sekolah yang tinggal di perumahan PT SRK tidak bisa ke sekolah.
Anak sekolah yang ada itu, terdiri dari murid SD dan pelajar SMP. "Bus untuk antar jemputnya sudah hangus terbakar. Akibatnya, anak-anak kami tidak bisa lagi ke sekolah," ujar salah seorang wali murid yang juga karyawan PT SRK Ivan Gunawan Lase, Jumat (17/6).
Menurutnya, untuk antar jemput anak karyawan yang sekolah, telah disiapkan dua unit bus oleh pihak perusahaan. Karena jarak tempuh antara perumahan karyawan dengan sekolah mencapai puluhan kilometer dengan waktu tempuh sekitar 40 menit.
Bus sekolah milik PT SRK sambungnya, tidak saja mengangkut anak karyawan PT SRK tetapi juga anak warga tempatan. "Keberadaan bus sekolah ini sangat besar manfaatnya bagi karyawan," ungkapnya.
Ketika ditanya, apakah antar jemput tidak bisa dengan kendaraan roda dua? Dikatakannya, untuk kondisi jalan saat ini sangat sulit dilalui akibat becek dan berlubang. Kalaupun harus diantar menggunakan kendaraan roda dua akan berpengaruh kepada jam masuk kerja karyawan.
Untuk itu harapnya, kepada pemerintah dan manajemen perusahaan hendaknya dapat memberikan solusi terutama angkutan anak sekolah. "Kalau hal ini lambat direspon, tentunya akan berdampak kepada prestasi anak karyawan," sebutnya.
Di tempat terpisah, Direktur Regional Sumatera PT SRK Edi Irianto ketika dikonfirmasi, menyayangkan aksi oknum warga yang melakukan demonstrasi yang berujung anarkis. Padahal, pihaknya sangat membuka diri jika aksi damai itu tidak diprovokasi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Pada prinsipnya kami sangat menjunjung tinggi norma dan adat istiadat. Bahkan pada saat itu, sebelum massa mengamuk, perusahaan sudah menyediakan akomodasi, namun sayangnya berujung ricuh," ujar Edi yang mengaku pemicu ricuh disebabkan biaya denda adat sebesar Rp45 juta terlambat bayar 2 bulan sejak kesepakatan.
Namun demikian sambungnya, untuk transportasi anak sekolah, perusahaan kembali akan menyediakan mobil angkutan. "Kami mohon maaf, untuk beberapa hari ini terkendala angkutan. Mudah-mudahan anak-anak karyawan kembali dapat mengikuti proses belajar mengajar," sebutnya.(kas)