RENGAT (RIAUPOS.CO) - Sebanyak 12 ekor sapi di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) dinyatakan positif mengidap penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). Penyakit tersebut merupakan pertama di Indonesia, setelah beberapa waktu lalu juga terjadi di negera tetangga, yakni Malaysia.
Sapi warga Kabupaten Inhu itu diketahui positif melalui hasil tes sampel darah yang dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau bersama tim dokter hewan.
"Gerak cepat kami, hingga akhirnya dapat diketahui hasil atas penyakit sapi warga," ujar Plt Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Inhu, Bonayus Pariza, Selasa (15/2/2022).
Dijelaskannya, keberadaan 28 sapi yang sebelumnya diduga mengidap penyakit LSD tersebar di sejumlah desa dalam wilayah Kecamatan Rengat Barat. Hal itu diketahui, berdasarkan laporan petugas lapangan peternakan pada Senin (7/2/2022) pekan lalu.
Dari laporan tersebut, Distankan Kabupaten Inhu berkoordinasi dengan Dinas PKH Provinsi Riau, setelah melakukan cek lapangan bersama dokter hewan. Pihak Distankan Inhu juga berkoordinasi dengan Balai Penelitian Hewan (BLH) Bukittinggi.
Atas koordinasi itu, Dinas PKH Provinsi Riau dan BLH Bukittinggi turun lapangan pada Rabu (9/2/2022). Saat turun lapangan, langsung diambil sampel darah kepada 28 ekor sapi.
"Jelang siang tadi, kami sudah mengetahui hasil sampel dari tim. Di mana, dari 28 ekor sapi terdapat 12 ekor yang positif," ungkapnya.
Untuk penanganan atas penyakit LSD tersebut, pihaknya sudah menggelar rapat yang dipimpin oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setdakab Inhu, Paino SP. Berbagai langkah-langkah penanganan disimpulkan dalam rapat tersebut.
Untuk ternak yang positif tertular dengan ciri-ciri terdapat bintik-bintik mirip cacar pada bagian tubuh sapi, disarankan agar dikandangkan. Kemudian, untuk keluar-masuk sapi ke Kabupaten Inhu agar menjadi perhatian.
"Penyakit LSD ini tidak menular dan tidak berbahaya kepada manusia. Penyakit LSD itu menular antarsapi melalui nyamuk dan lalat atau serangga sejenis lainnya," ungkapnya.
Hanya saja sebut Kadistankan, ketika penyakit LSD menyerang akan mengakibatkan sapi tidak berselera makan. Akibatnya, sapi terus mengurus dan pada akhirnya, dinilai jual berkurang.
"Kematian sapi akibat penyakit LSD juga sangat minim," terangnya.
Laporan: Raja Kasmedi (Rengat)
Editor: Hary B Koriun