PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Terulangnya serangan harimau sumatera di Indragiri Hilir (Inhil) membuat masyarakata resah. Hal ini membuat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mengambil tindakkan anarkis terhadap satwa yang dilindungi itu. Percayakan saja kepada aparat pengamanan setempat dan BBKSDA untuk melakukan langkah-langkah sesuai dengan kewenangan.
Saat ini, BBKSDA Riau tengah melakukan tes DNA terhadap bulu harimau yang menempel di tubuh Darmawan, korban tewas di Kampung Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Kamis (30/1) lalu. Langkah ini juga dilakukan guna memastikan apakah harimau yang menyerang manusia tersebut adalah Atan Bintang dan Bonita (yang sempat di rilis 2019 lalu) atau bukan.
"Tes DNA dilakukan, diambil dari bulu atau rambut harimau yang menempel di badan korban," ujar Kepala BBKSDA Riau Suharyono ketika dikonfirmasi Riau Pos, Jumat (31/1).
Dijelaskan Suharyono, tes DNA tersebut dijadikan sampel sebagai pembanding. Apakah sama dengan harimau yang telah ditangkap dan dirilis beberapa waktu lalu. Bila itu sama, maka bisa dipastikan harimau tersebut memang hanya memakan manusia. Jika hasil tes DNA negatif, bisa dipastikan itu individu berbeda.
"Saat ini kami juga tengah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk meminjam bulu atau rambut harimau yang menempel di badan korban tersebut," sebutnya.
Sementara Humas BBKSDA Riau, Dian menyebutkan untuk tahun 2019 ada dua harimau yang telah dirilis BKSDA Riau. Yaitu Atan Bintang dan Bonita. Namun, Dian enggan menyebutkan di mana kedua harimau tersebut dirilis dengan alasan keamanan harimau sumatera dari para pemburu.
"Yang pasti di habitatnya di kawasan konservasi yang jauh dari permukiman penduduk," ujarnya.
Warga Usir Dua Harimau
Kemunculan harimau tidak hanya di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Inhil. Ternyata, di hari yang sama, Kamis (30/1) lalu warga juga menemukan dua ekor harimau sumatera di Desa Trimanunggal, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.
"Call center kami menerima laporan itu pagi kemarin. Kemudian, kami langsung kirim kan tim ke lokasi, sekaligus melakukan koordinasi dengan kepala desa setempat," jelas Suharyono.
Ia menuturkan, dari hasil koordinasi BBKSDA dengan kepala desa, warga telah melakukan pengusiran harimau ke kawasan hutan di daerah tersebut. BBKSDA menilai hal itu merupakan langkah konkret yang telah dilakukan masyarakat sekitar. Sesuai dengan langkah yang sebelumnya pernah dilakukan BBKSDA kepada masyarakat jika menemukan harimau.
"Kami juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat karena telah melakukan langkah konkret dan tidak melakukan tindakan anarkis kepada harimau tersebut. Di lokasi, tim kami juga menemukan jejak harimau dengan ukuran berbeda. Yang pertama ukuran 12 cm, dan satu lagi ukuran sekitar 9-10 cm. Informasi memang dua ekor anakan harimau. Bisa dikatakan remaja lah," ujar Suharyono.
Terpisah, Kapolsek Tapung AKP Sumarno mengimbau warga tetap waspada, terkait ditemukannya jejak yang diduga jejak harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di kebun plasma kelapa sawit Desa Trimanunggal, Kecamatan Tapung, warga dan pekebun diminta tetap waspada. Terutama ketika berada dekat dengan taman hutan rakyat yang memang menjadi habitat harimau.
Polsek Tapung AKP Sumarno menyebutkan, warga memang melaporkan ada yang menemukan jejak harimau di kebun plasma di Desa Trimanunggal, namun tidak bisa dikonfirmasi apakah benar telah melihat langsung atau tidak. Sumarno juga ragu bila ada foto harimau atau anak harimau yang didapat oleh warga.
"Hingga hari ini (kemarin, red) tidak ada yang melaporkan jumpa langsung harimau, juga tidak ada foto yang bisa kami minta. Jadi kalau ada yang menyebarkan fotonya, itu kemungkinan besar hoaks. Ya, kami meminta warga untuk tetap hati-hati, BBKSDA kan sudah turun mengecek, tapi jangan sebarkan hoaks," terangnya.(dof/end)