JAKARTA (RP) - Kementerian Agama (Kemenag) terus mematangkan persiapan haji. Baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi. Khusus di Saudi, Kemenang saat ini mematangkan persiapan catering dengan melobi supaya bisa mendapatkan sarapan roti dan minuman hangat selama jamaah berada di Madinah.
Direktur Pelayanan Haji (Diryanhaj) Direktorat Jenderal Pelayanan Haji dan Umroh (Ditjen PHU) Kemenag Sri Ilham Lubis mengatakan, soal yang satu ini, pihaknya sudah akan teken kontrak dengan perusahaan katering. Anggarannya, diambilkan dari bunga simpanan setoran awal jamaah haji. Secara keseluruhan, bunga simpanan yang digunakan untuk keperluan haji tahun ini hampir sama dengan tahun lalu. Yaitu antara Rp1,5 triliun sampai Rp1,7 triliun.
“Untuk penandatanganan pertama, kami lakukan untuk katering di Madinah,” tutur Sri. Selama di Madinah, jamaah nantinya akan mendapatkan makan sehari dua kali dalam bentuk kotakan. Rencananya, makanan ini dibagikan pada siang dan menjelang malam hari. Untuk urusan menu, Sri mengatakan, sudah ada kesepatakan dengan pihak katering untuk memperbanyak variasi. Jangan sampai jamaah hanya disuguhi menu yang terdiri atas nasi dan telor atau ayam goreng saja. Dalam penyajian nanti, harus dibarengi dengan sayur atau olahan pendamping lainnya.
Di samping dua jatah makanan itu, Kemenag juga terus melobi supaya pihak katering memberikan bonus porsi. Maksudnya, pada pagi disediakan makanan ringan untuk sarapan. “Misalnya roti dan minuman hangat,” ujar Sri. Menu tambahan ini harus tidak berbayar lagi alias gratis. Jika jamaah ingin sarapan makanan berat, dipersilahkan mencari sendiri.
Selain itu, Kemenag juga terus memantau kesiapan pihak katering. Di antara yang tidak boleh ditawar adalah urusan higinitas. Sri mengatakan, setiap katering wajib memiliki tim quality control makanan. Dengan cara ini, bisa mencegah keracunan makanan pada jamaah.
Persiapan katering berikutnya adalah menyambut kosentrasi jamaah haji di Masyair dan bersiap menuju Arafah. Sri menuturkan, kedatangan jamaah haji di Masyair ini bertahap. Karena itu, kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam penyajinan makanan.
Dia mencontohkan, jamaah yang datang lebih dari pukul 10 malam waktu setempat, terancam mendapatkan makanan yang sudah basi. Untuk itu, dia berharap pihak katering bisa membagi waktu dalam mendistribusikan makanan pada jam-jam krusial tadi. Selain itu, dia juga siap menagih janji pihak katering yang bersedia memberikan mesin penghangat.
Kedatangan jamaah yang bertahap ini juga bakal terjadi di Mudzalifah. Tepatnya ketika jamaah akan bergerak menuju Mina. Di lokasi-lokasi ini, pemberian makanan dilakukan dengan cara kombinasi prasmanan dan boks. Khusus di Arafah dan Mina, setiap satu maktab akan ditempatkan dua petugas urusan makanan. (jpnn)