Muhammadiyah Putuskan 1 Ramadan Jatuh 20 Juli

Hukum | Selasa, 26 Juni 2012 - 10:26 WIB

JAKARTA (RP)- Maklumat Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah tentang penetapan 1 Ramadan 1433 H/2012 M dikeluarkan lebih dini daripada biasanya. Upaya ini diputuskan untuk menjawab pertanyaan warga Muhammadiyah terkait kabar-kabar penetapan 1 Ramadan versi Muhammadiyah yang sudah berhembus di koran.

Ketua PP Muhammadiyah Abdul Fattah Wibisono di Jakarta, Senin kemarin (25/6) menuturkan, setiap tahun pihaknya mengeluarkan maklumat mendekati 1 Ramadan. ‘’Tapi karena banyak warga yang tanya karena banyak dimuat di koran, termasuk JPNN maklumat dikeluarkan kemarin (24/6),’’ kata dia.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Fattah mengatakan, maklumat tentang penetapan 1 Ramadan dikeluarkan pada penutupan Tanwir Muhammadiyah di Bandung. Dia mengatakan, maklumat ini sudah disebar ke seluruh daerah. Dalam maklumat tersebur dinyatakan jika 1 Ramadan 1433 H/2012 M jatuh pada 20 Juli. Artinya pada 19 Juli warga Muhammadiyah sudah mulai Salat Tarawih.

Untuk penetapan 1 Syawal, PP Muhammdiyah akan mengeluarkan maklumat lagi. ‘’Tidak perlu disinggung dulu, puasa saja belum,’’ katanya. Sesuai dengan perkirakan Muhammadiyah dan analisa dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), penetapan 1 Syawal 1433 H/2012 M bakal serentak dengan pemerintah dan ormas lain termasuk Nahdlatul Ulama (NU).

Keputusan Muhammadiyah yang memulai 1 Ramadan pada 20 Juli berpotensi menimbulkan perbedaan dengan ketetapan pemerintah dan bahkan NU. Sesuai dengan perkiraan Lapan, pemerintah dan NU bakal mulai berpuasa pada 21 Juli.

Terkait perbedaan ini, Fattah mengatakan tidak boleh dipaksakan. ‘’Kita mau berdiskusi untuk mencari jalan tengah penyatuan sistem penentuan awal bulan pada kalender Islam,’’ tegasnya. Asalkan, diskusi ini berjalan sehat dan tidak cenderung memojokkan atau menyalahkan salah satu pihak.

Fattah menuturkan, penetapan 1 Ramadan versi Muhammdiyah sudah sesuai dengan syariah. Dia mengatakan, Nabi Muhammad sudah bisa menetapkan awal Ramadan ketika ada salah satu pemantau hilal yang mau disumpah sudah melihat hilal. ‘’Pada 19 Juli hilal sudah di atas ufuk (lebih dari 0 derajat). Sehingga sudah masuk bulan Ramadan,’’ katanya.

Sementara itu pemerintah menggunakan ketentuan awal bulan posisi hilal harus lebih dari 2 derajat. Karena pada 19 Juli posisi hilal belum diatas 2 derajat, maka jumlah hari pada bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari. Dengan penggenapan ini, maka kemungkinan besar pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1433 H/2012 M jatuh pada 21 Juli.

Sementara Salat Tarawih dimulai pada 20 Juli. Di tengah perbedaan ini, Fattah meminta masyarakat tetap rukun. Selain itu, masyarakat harus menjadikan Ramadan tahun ini menjadi momentum meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. ‘’Kualitas kepekaan sosial juga harus ditingkatkan,’’ ujarnya.

Sementara Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali menegaskan, pemerintah akan tetap menunggu hasil sidang isbat dalam menetapkan hari awal puasa atau 1 Ramadhan 1433 Hijriyah, meskipun beberapa pihak akan menetapkan sesuai dengan kesepakatan kelompoknya masing-masing.

‘’Kami sudah mengira bahwa dalam penetapan awal puasa ini tidak akan satu suara. Namun, yang pasti pemerintah akan tetap menunggu hasil sidang isbat untuk menetapkan awal puasa Ramadhan tersebut,’’ungkap Suryadharma di Jakarta, Senin (25/6).

Suryadharma menerangkan, perbedaan penetapan awal puasa Ramadhan ini disebabkan karena kelompok-kelopok atau ormas Islam yang ada memiliki kriteria tersendiri dalam menentukan awal puasa tersebut. Sehingga, pemerintah pun juga tidak bisa memaksakan walaupun pemerintah sangat ingin jika penetapan awal puasa ini bisa diputuskan secara bersamaan.

‘’Pemerintah tentu ingin untuk bisa menetapkan awal puasa secara bersamaan, dan tidak berbeda-beda. Hal ini juga sudah saya sampaikan pada saat melakukan pertemuan dengan beberapa perwakilan dari ormas-ormas Islam,’’ ujarnya.

Dari hasil pertemuan tersebut, Ketua Umum PPP ini mengungkapkan jika hingga saat ini belum ada kesepakatan untuk menetapkan awal puasa pada hari yang sama. Oleh karena itu, pihak Kemenag akan menjadwalkan kembali pertemuan dengan ormas-ormas Islam tersebut guna membahas masalah ini.

‘’Tapi jika nanti tetap tidak satu suara, ya mau bagaimana lagi, kemungkinan besar kita tetap akan berbeda dalam menetapkan awal puasa,’’ imbuhnya.(cha/wan/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook