Abraham Samad: Korupsi di Indonesia Sangat Masif

Hukum | Sabtu, 23 November 2013 - 19:13 WIB

Abraham Samad: Korupsi di Indonesia Sangat Masif
Abraham Samad. Foto: fajar.co.id

JAKARTA (RP) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad memberikan pembekalan kepada peserta Rapat Pimpinan Nasional V Partai Golkar di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Sabtu (23/11).

Dalam pemaparannya, Abraham menyatakan, korupsi di Indonesia sudah sangat masif.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

"Ketika bicara korupsi, yang terjadi korupsi di Indonesia beda dengan korupsi di negara lain, karena korupsi di Indonesia sifatnya sangat masif," kata Abraham.

Pria asal Makassar ini menambahkan, saat ini tidak ada lagi tempat yang tidak dijangkiti korupsi. Namun masyarakat apatis dan skeptis melihat itu. "Kementerian paling suci, Kementerian Agama juga dijangkiti korupsi," ujar Abraham.

Menurut Abraham, korupsi di Indonesia mengalami evolusi dan metamorfosa. Sebelumnya modusnya dilakukan secara sederhana yaitu dengan pungutan liar. Lalu berkembang, mengalami revolusi tingkat korupsi makin canggih menjadi white collar crime (kejahatan kerah putih).

"Kejahatan yang dilakukan orang-orang yang punya pengaruh besar, orang-orang yang cerdas. Korupsi mengalami evolusi dan menjadi kejahatan yang canggih, dilakukan oleh kaum intelektual," kata Abraham.

Ia menjelaskan, pelaku korupsi juga mengalami metamorfosa. Sebelumnya pelaku tindak pidana korupsi rata-rata berumur 45 tahun ke atas. Tapi anak-anak muda sekarang sudah korupsi. Contohnya Muhammad Nazaruddin dan Angelina Sondakh.

"Pelaku korupsi datang dari generasi muda. Karena itu kita harus menangkap, ada yang salah dengan negeri ini. Kita lupa, membangun karakter generasi muda yang antikorupsi. KPK wajib menghentikan semua prilaku korupsi," kata Abraham.

Karena itu KPK harus mendiagnosa apa penyebab dan faktor yang membuat korupsi dari tahun ke tahun begitu cepat. Tanpa diagnosa, tidak mungkin korupsi bisa diberantas sampai ke akar-akar. "Setelah didiagnosa, kita baru bisa cari obat yang mujarab," ujar Abraham. (gil/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook