JAKARTA (RP) - Pemerintah sudah membuat daftar biaya kuliah untuk seluruh program studi (prodi) di semua kampus negeri. Hasilnya biaya kuliah kedokteran masih termahal dibandingkan prodi-prodi lainnya.
Biaya kuliah FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan) yang terus digemari masyarakat, juga tergolong tinggi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso menuturkan, pihaknya sejatinya belum bisa mempublikasi daftar biaya kuliah itu.
"Karena nanti takutnya masyarakat salah paham antara biaya kuliah dengan tarif kuliah," kata guru besar ITB itu.
Untuk bocoran biaya kuliah kedokteran di pulau Jawa rata-rata Rp 12,5 juta per semester. Jumlah itu bisa membengkak di kampus dengan kualitas bagus, seperti di Unviersitas Indonesia (UI) yang bisa mencapai 13,7 juta per semester.
Sedangkan untuk biaya kuliah FKIP di pulau Jawa rata-ratanya Rp 4,5 juta per semester. Untuk biaya kuliah rumpun teknis bisa mencapai Rp 8,9 juta per semester.
Djoko menjelaskan jika biaya kuliah itu nantinya akan dipotong oleh bantuan operasional PTN (BO PTN) yang didapat masing-masing kampus. Nah hasil pemotongan itulah yang disebut dengan tarif kuliah yang dibebankan kepada mahasiswa.
"Jadi tidak mungkin tarif kuliah (yang ditanggung mahasiswa, red) akan lebih mahal dibandingkan biaya kuliah," papar dia.
Djoko menuturkan tarif kuliah yang nantinya akan dibebankan kepada mahasiswa sampai saat ini masih belum bisa diputuskan. Dia mengatakan masih ada sejumlah PTN yang belum menuntaskan perhitungan penetapan tarif kulaih tadi.
"Jadi nanti akan kita lansir jika seluruh PTN sudah selesai menghitung tarif kuliah," paparnya.
Mantan rektor ITB itu meminta masyarakat tidak perlu resah terhadap biaya kuliah ini. Sebab dia menegaskan lagi jika biaya kuliah itu nanti masih akan dikurangi oleh BO PTN. Namun Djoko belum bisa memastikan berapa persentase pemotongan biaya kuliah itu.
Sebagai salah satu penerima BO PTN, Universitas Terbuka (UT) mengalokasikan sebagaian BO PTN untuk langsung digunakan untuk beasiswa guru-guru di daerah 3T (terdepan, terluar, dan terpencil).
Rektor UT Prof Tian Belawati mengatakan jika kampusnya mendapatkan BO PTN sebesar Rp 100 miliar, sedangkan yang dipakai untuk beasiswa sebesar Rp 20 miliar.
Dia mengatakan jika beasiswa ini diberikan kepada empat ribu guru di daerah 3T. "Guru yang menerima beasiswa kita adalah yang sekarang sedang menyelesaikan program S1 atau D4," katanya.
Menurut Tian, saat ini jumlah guru di kawasan 3T yang belum bergelar S1 atau D4 masih banyak. Padahal pemerintah sudah mengatur jika guru minimal harus berijazah S1 atau D4. (wan)