JAKARTA (RP) - Penyelenggaraan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan sudah tinggal menghitung hari. Program tersebut resmi dimulai 1 Januari 2014. Namun, masih banyak masalah yang mengganggu. Bahkan, pihak dokter mengaku kebingungan dengan program tersebut.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zaenal Abidin mengatakan bahwa rekan-rekan sejawatnya belum siap sepenuhnya menyambut BPJS kesehatan. "Dari pertemuan yang kami lakukan dengan suluruh pengurus IDI di Indonesia, banyak yang masih bingung dengan penerapan BPJS," ujar Zaenal saat dihubungi kemarin (21/12).
Hal tersebut karena kurangnya sosialisasi secara baik oleh pemerintah. Menurutnya, pemerintah masih terfokus pada anggota saja. Padahal, program tersebut tidak hanya melibatkan pemerintah. Ada beberapa stakeholder lain seperti dokter dan pasien.
Zaenal mengatakan bahwa pihak dokter tidak terlalu dilibatkan dalam pengurusan program BPJS Kesehatan. Padahal dokter memiliki peran yang cukup penting.
"Yang jelas banyak yang menyatakan belum siap karena bingung. Mungkin pihak pemerintah telah siap. Tapi, banyak stakeholder lain yang masih belum," tutur Zaenal.
Pernyataan Zaenal diamini Ketua Umum PP Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) Dradjat Ryanto Suardi. Menurutnya, hingga saat ini untuk masalah kanker belum mendapat kejelasan pasti. Hal itu terkait dengan regulasi dan pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada pasien. Apakah akan ada penyesuaian tertentu dengan iuran.
"Kanker masuk BPJS, tapi masih ada biaya-biaya yang masih dibicarakan juga hingga kini," kata Dradjat di Jakarta, kemarin. Di sisi lain, pemerintah hingga saat ini belum memberikan keputusan pasti.
Dradjat mengatakan, pihaknya telah mengajukan standar. Sebaliknya, pemerintah juga mengeluarkan standar tersendiri. Hal itu belum mencapai kesepakatn hingga sepuluh hari menjelang pelaksanaan BPJS. Meski begitu, Dradjat menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan perawatan sebaik mungkin. "Kita masih belum bisa memberikan perawatan yang canggih-canggih, tapi kita akan melakukan perawatan dengan baik," ungkapnya.
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kanker merupakan satu di antara lima penyakit yang menyerap biaya cukup tinggi saat program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesma. (mia/ca/jpnn)