JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Politikus Partai PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari meminta ahli hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra tidak membuat keruh suasana di Mahkamah Konstitusi. Apalagi saat ini lembaga hukum tertinggi itu tengah berupaya memulihkan reputasinya pasca-kasus mantan Ketua MK, Akil Mochtar.
Hal ini dikatakan Eva menyikapi manuver Yusril yang menyerempet nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri jelang sidang perdana Judicial Review UU Pilpres yang diajukan Yusril ke MK, Selasa (21/1).
Saat itu, Yusril menyebut Hakim Konstitusi Harjono sebagai orang PDIP dan sering sowan ke rumah Mega. Pernyataan ini bentuk kekesalan Yusril yang dianggap memanfaatkan sosok Ketua MK Hamdan Zoelva untuk meloloskan gugatannya di MK.
Eva mengaku paham bahwa Yusril sedang berkasus di MK, namun Yusril tidak boleh memindahkan arena pertarungan dari MK ke luar MK karena dampaknya juga buruk bagi MK sendiri.
"Kalau kemudian beliau melakukan intimidasi, kemudian psy war (perang psikologi) kemana-mana, itu kenegarawanannya jadi lucu. Bagi saya kalau siap menggugat ya harus siap menang siap kalah, tapi tidak kemudian beliau melakukan segala cara, manuver-manuver dan menyerangi semua orang seperti itu," kata Eva ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (22/1).
Dengan bermanuver, lanjut Anggota Komisi III DPR itu, menjadi ketahuan bahwa motivasi Yusril mengajukan gugatan UU Pilpres bukanlah untuk kepentingan bangsa dan negara, tapi lebih untuk kepentingan pribadi.
"Ya jadi ketahuan lah bahwa motivasi beliau bukan motivasi untuk bangsa dan negara tapi lebih pada kepentingan pribadi. Jadi sekarang Pak Yusril yang cool deh, serahkan kepada hakim dan tidak perlu mengintimidasi hakim, silahkan berargumentasi di dalam ruangan, gak perlu kemudian semua menjadi arena pertarungan seperti itu," tandasnya.
Terkait tudingan Yusril yang menyebut Hakim Harjono orang PDIP dan sering sowan ke Megawati, Eva tegas membantahnya karena Harjono tidak pernah tercatat sebagai kader PDIP. Menurutnya Harjono merupakan akademisi, seorang Profesor di Universitas Airlangga.
"Jadi tidak benar itu tuduhan Pak Yusril bahwa beliau menghadap secara rutin pada Bu Mega. Gak benar sama sekali karena yang rutin (ketemu) dengan Pak Harjono malah kita-kita yang alumni GMNI," tandasnya.(fat/jpnn)