Jokowi- Ahok Pimpin Jakarta

Hukum | Jumat, 21 September 2012 - 09:25 WIB

JAKARTA (RP) -  Prediksi kalau pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) akan unggul dari duet Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli (Foke-Nara) terbukti.

Hasil penghitungan cepat Pemilukada DKI Jakarta yang digelar berbagai lembaga survei, Kamis (20/9), menunjukkan kemenangan Jokowi-Ahok dari Foke-Nara dengan rata-rata selisih suara berkisar antara 5-8 persen.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Contohnya penghitungan cepat atau quick count yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI). Hasilnya Jokowi-Ahok mendapatkan 53,81 persen.

Sedangkan, Foke-Nara 46,19 persen. Jadi, selisihnya adalah 7,62 persen. Dengan margin of error sebesar 2 persen, artinya ada kemungkinan perolehan suara Jokowi-Ahok berkurang 2 persen, sementara suara Foke-Nara bertambah 2 persen.

Sekalipun itu terjadi, Jokowi-Ahok tetap unggul.

‘’Kalau hasil quick count LSI dibaca secara pesimis sekalipun, Jokowi-Ahok masih mendapat 51,81 persen. Jadi, posisinya masih unggul,’’ kata peneliti senior LSI Burhanuddin Muhtadi di kantor LSI, Jalan Lembang Terusan, Jakarta Pusat, kemarin.

Begitu juga dengan penghitungan cepat Indo Barometer. Jokowi-Ahok meraih 52,68 persen dan Foke-Nara mendapat 45,89 persen.

Dengan selisih perolehan suara yang mencapai 8,22 persen dan margin of error yang hanya 0,5 persen, maka kemenangan Jokowi-Ahok tetap kentara.

‘’Karena selisih suaranya sudah di atas 1 persen (hasil dari 0,5 persen dikali 2, red), saya percaya diri untuk mengatakan yang menang Jokowi-Ahok,’’ kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari.

Menurutnya kemenangan Jokowi-Ahok ini membuktikan kalau masyarakat Jakarta memang mencari figur pemimpin alternatif. Apalagi, tingkat kepuasan publik terhadap Fauzi Bowo sebagai incumbent tergolong pas-pasan.

‘’Masyarakat punya harapan baru terhadap sosok Jokowi dan Ahok setelah melihat prestasi mereka (saat menjadi kepala daerah, red) di tempat lain, termasuk kesederhanaannya,’’ tegas Qodari.

Hasil quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga sama. Dari LSI Lingkaran selisih suara kedua pasangan calon adalah 7,36 persen.

Dari versi SMRC selisihnya 5,26 persen. (hasil lengkap lihat grafis). Pada bagian lain, Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga Puan Maharani tak mau larut dalam euphoria kemenangan versi quick count.

Menurut Puan, pihaknya masih harus menunggu penghitungan dan pengumuman resmi KPUD.

‘’Saya berharap proses lanjutan akan berjalan dengan mulus. Quick count belumlah hasil final. Mari kita bersama-sama mengawal agenda Pemilukada ini hingga penghitungan selesai,’’ katanya.

Sebagai pengusung Jokowi, lanjut Puan, PDIP tentu merasa senang atas kemenangan sementara ini. Tapi, bagi Jokowi dan Ahok kemenangan ini justru memberikan amanah baru yang sangat besar.

‘’Keduanya harus mampu mewujudkan janji-janjinya di masa kampanye,’’ ujar putri Taufik Kiemas dan Megawati Soekarno Putri, itu.

Foke Ucapkan Selamat

Sementara itu kandidat calon gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo telah langsung menyampaikan selamat kepada kandidat calon gubernur Jokowi.

Sesaat setelah hampir seluruh hasil hitung cepat (quick count) memenangkan Jokowi, Foke —sapaan akrab Fauzi Bowo— bahkan ikut mendoakan duet Jokowi-Ahok bisa berhasil memimpin Jakarta ke depan.

‘’Kami ucapkan selamat pada pasangan nomor tiga (Jokowi-Ahok, red), semoga amanah yang telah diberikan warga Jakarta bisa dijalankan dan dipertanggungjawabkan dengan baik,’’ ujar Foke, di Posko Pemenangan, Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (20/9). Pernyataan tersebut disampaikan Foke sebagai tanggapan resmi atas hasil hitung cepat sejumlah lembaga.

Foke yang saat itu juga ditemani Cawagub pendampingnya Nachrowi Ramli (Nara) tersebut, kepada para pendukungnya bahwa dalam setiap kompetisi selalu ada yang menang dan ada yang kalah.

‘’Saya mengajak semua menyikapi dengan baik,’’ tegasnya, disambut tepuk tangan para pendukungnya.

Pernyataan Foke yang mengenakan kemeja putih senada dengan pakaian hampir seluruh tim suksesnya itu disampaikan sekitar pukul 16.30 WIB.

Atau, mundur dari jadwal semula yang rencana disampaikan pada 15.00 WIB. Saat itu, meski tetap berusaha menebar senyum dan melayani jabatan tangan pada para pendukungnya, calon incumbent itu tetap sulit menyembunyikan raut kekecewaan dari wajahnya.

Di awal pernyataannya, Foke sempat menyampaikan rasa syukurnya atas perhelatan Pemilukada DKI putaran kedua yang secara umum berlangsung lancar.

Ia menyatakan, hal itu terlihat dari tidak adanya insiden berarti yang sampai menganggu pelaksanaan pesta demokrasi untuk menentukan pemimpin di ibukota negara tersebut.

‘’Terima kasih pada semua pihak, termasuk pasangan nomor tiga,’’ katanya.

Kelancaran pelaksaan Pemilukada DKI tersebut, praktis membuat dirinya siap mendukung apapun hasil akhir nantinya. ‘’Kami berdua adalah pendukung setia demokrasi, proses yang sudah berjalan dengan lancar ini tentu akan kami dukung,’’ imbuhnya.

Meski belum sepenuhnya memberikan kepastian, namun Foke setidaknya telah memberi sinyal kalau pihaknya tidak akan melakukan gugatan terkait sengketa Pemilukada ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Secara gamblang, ia menyatakan, menghargai hasil penghitungan meski baru sebatas hitung cepat.

‘’Quick count adalah metode ilmiah yang telah digunakan dimana-mana, oleh karenanya sambil menunggu perhitungan final di KPU, kami menyampaikan penghargaan atas hasil ini,’’ papar Foke.

Terpisah, Partai Demokrat sebagai partai utama pengusung pasangan Foke-Nara juga telah memberi sinyal menerima hasil Pemilukada yang berlangsung kemarin.

Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum menegaskan, bahwa meskipun baru merupakan hasil hitung cepat dan masih menunggu hasil rekapitulasi manual, tetapi kesimpulan politiknya sebenarnya sudah bisa diambil.

‘’Selamat untuk Jokowi-Basuki. Apa yang sudah diputuskan oleh rakyat harus dihormati,’’ kata Anas Urbaningrum. Ia juga menyatakan, kalau hasil sementara yang menempatkan kandidat mereka di posisi kalah itu merupakan bagian dari proses berdemokrasi. ‘’Inilah demokrasi, yang menang tidak perlu pongah, yang kalah tidak usah marah,’’ tegasnya.

Menurutnya, seluruh pihak lebih baik kini mulai berpikir untuk perjalanan Jakarta ke depan. Seluruh pihak harus bersatu untuk memajukan kota yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis Indonesia tersebut.

‘’Mari sekarang dukung bersama pemimpin yang sudah dipilih oleh rakyat,’’ paparnya.

Mesin Partai Gagal

Kemenangan Joko Widodo atas Fauzi Bowo sekaligus mempermalukan partai-partai pendukung Foke. Enam partai besar yang berjanji mengerahkan kadernya memilih Foke ternyata gagal menghadang popularitas Jokowi.

‘’Mesin partai tidak beroperasi maksimal, termasuk mesin PKS yang selama ini dikenal solid dan loyal. Pemilih menjatuhkan pilihan berdasarkan pertimbangan pribadi, bukan instruksi partai,’’ terang Wakil Direktur Eksekutif Jaringan Suara Indonesia Fajar S Tamin.

Fenomena tersebut bukan hal baru. Pada Pemilu 2004, Susilo Bambang Yudyono (SBY) yang hanya didukung Partai Demokrat yang ketika itu hanya partai gurem berhasil memenangkan Pemilu Presiden.

‘’Dalam Pemilukada, mesin partai memang tidak cukup berperan. Pencitraan ke masyarakat yang lebih penting. Sejauh ini, Jokowi mampu menghasilkan pencitraan yang bagus,’’ terangnya.

Hasil perhitungan jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia menunjukkan, pemilih calon-calon lain di putaran pertama memilih Jokowi dibandingkan Foke.

Sementara, sekitar 30 persen kader PKS yang memilih Hidayat Nur Wahid di putaran pertama, ternyata memilih Joko Widodo di putaran dua.

Hanya pemilih PPP yang konsisten, sekitar 80 persen, mengalihkan dukungan ke Fauzi Bowo setelah calon yang diusungnya, Alex Noerdin, gagal melaju ke  putaran dua.     

Kenapa PKS lebih membangkang? Meski sama-sama berbasis Islam dan Betawi, tapi juga karena faktor tingkat pendidikan. Ini yang menjelaskan PKS masih bocor ke Jokowi. Jangankan Foke, Hidayat Nur Wahid saja tidak 100 persen dipilih PKS,’’ kata Direktur Eksekutif Komunikasi Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanudin Muhtadi.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, menilai kekalahan Fauzi Bowo menunjukkan partai-partai pendukungnya tidak benar-benar serius mengarahkan kadernya memilih Foke.

Besar dugaan, partai-partai tersebut tidak peduli apakah Foke menang atau kalah.

Situ Zuhro juga yakin partai-partai pendukung Foke tidak akan merecoki kinerja Jokowi. Bahkan, partai-partai yang duduk di DPRD diyakini akan berbalik menjadi pendukung Jokowi.

‘’Partai itu pragmatis. Tidak ada musuh atau kawan abadi dalam politik, karena yang abadi dalam politik hanya kepentingan,’’ terangnya.

Pendapat Siti tersebut merujuk pada kemenangan sejumlah calon kepala daerah dari independen yang berhasil menenangkan Pemilukada.

Misalnya, Kabupaten Batubara di Sumatera Utara, Kubu Raya di Kalimantan Barat, Garut di Jawa Barat, dan Rote Nda di Nusa Tenggara Timur.

‘’Meski berasal dari independen, bupatinya tidak diusik-usik DPRD,’’ terang Siti.

Inilah Janji Jokowi

1. Pendidikan gratis dari SD hingga SMA melalui kartu Jakarta Pintar. Program serupa telah tujuh tahun diterapkan Solo.

2. Pengobatan gratis atau sebagian biaya bagi warga melalui Kartu Sehat yang dapat ditunjukkan ke instansi kesehatan. Kartu ini menggantikan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang pengurusannya berbelit-belit.

3. Membenah birokrasi agar bersih dan” profesional sehingga  pemerintahan bersih, transparan, dan profesional

4. Memimpin Jakarta selama lima tahun, tidak akan mundur meski ditawari jabatan menteri atau maju Pilpres 2014

5. Tidak memakai Voorijder

6. Setiap hari hanya akan berkantor satu jam saja di Balaikota, sisanya akan berkantor di kelurahan dan berkeliling kampung meninjau pelayanan publik di lapangan.

7. Menyita pentungan Polisi Pamong Praja sehingga tidak ada lagi yang memukuli warga

8. Transparan dan tidak tersinggung dengan pertanyaan dari media yang menyudutkan

9. Menambah seribu unit bus Transjakarta

10. Memberi honor tambahan pada ketua RT/ RW sebesar Rp 500 ribu per bulan

11. Memberikan asuransi kesehatan pada semua anggota RT/RW

12. Membangun kampung susun dan kampung deret untuk merevitalisasi pemukiman padat penduduk dan di bantaran sungai tanpa penggusuran

13. Membangun polder penampung air hujan di setiap kecamatan dan mengintegrasikan saluran drainase agar terhubung dengan kanal banjir

14. Merintis subway dan mengubah busway menjadi railbus sehingga kapasitasnya lebih besar

15. Membangun mal untuk PKL dan merevitalisasi pasar tradisional sehingga tidak menganggu pengguna jalan

16. Revitalisasi kawasan Old Batavia

17. Legalisasi pemukiman yang sebelumnya dinyatakan ilegal

18. Redesain pembangunan Jakarta berbasis kampung

19. Menyediakan ruang publik, ruang terbuka hijau, dan tangki pembuangan komunal

20. Melanjutkan program Kanal Banjir Timur serta pembangunan tanggul banjir di tiap kecamatan. (pri/dyn/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook