Pemerintah Tepis Gagal Tekan Kekerasan pada Anak

Hukum | Sabtu, 20 Juli 2013 - 08:38 WIB

JAKARTA (RP) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PP-PA) Linda Amalia Sari Gumelar, menolak dikatakan pihaknya gagal dalam menekan jumlah angka kekerasan pada anak.

Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah memaparkan bahwa pada tahun 2013 ini angka kekerasan pada anak tetap meningkat.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Kita tidak dapat mengatakan bahwa pemerintah gagal. Seperti yang kita ketahui, anak Indonesia itu banyak sekitar 30 persen dari jumlah keseluruhan atau sekitar 80 juta,” ujarnya di Jakarta, Jumat (19/7).

Istri Agum Gumelar tersebut menilai, upaya untuk menurunkan jumlah angka kekerasan terhadap anak sendiri bukan hanya tugas dari pemerintah.

Namun juga tugas masyarakat terutama keluarga untuk ikut berperan aktif. Sebab, menurutnya, kekerasan terhadap anak baik kekersan seksual maupun fisik biasa dilakukan oleh orang terdekat, dan itu adalah keluarga.

‘’Oleh karena itu, tema peringatan hari anak nasional tahun ini adalah pengasuhan keluarga. Kita akan membuat Indonesia ramah dan peduli terhadap anak yang dimulai dari keluarga. Sehingga anak-anak bisa mendpatkan haknya dan melakukan kewajibannya,” jelasnya.

Ia mengaku, pihaknya hingga saat ini masih belum menerima data dari KPAI terkait pernyataan mereka atas kenaikan angka kekerasan terhadap anak.

Ia juga menyatakan rasa keprihatinan yang mendalam jika memang data tersebut benar adanya.

“Sebagai pemerintah, hingga saat ini saya masih belum menerima data tersebut dari KPAI. Jadi kita masih belum bisa berkomentar lebih,” katanya.

Saat ini, pihaknya memang sedang gencar mengajak pemerintah-pemerintah daerah untuk mengikuti program kota layak anak.

Program ini merupakan program untuk mengajak pemerintah daerah membuat peraturan tersendiri untuk melindungi anak-anak.

Sehingga nantinya, dapat disisihkan beberapa anggaran pemerintah daerah untuk pemberdayaan anak. Sebelumnya, KPAI sendiri memaparkan data hingga pertengahan tahun ini, sekitar 1.032 kasus kekerasan yang terjadi pada anak.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 535 kasus atau sekitar 52 persen merupakan kasus kekerasan seksual.  

Dengan kata lain, dapat diasumsikan bahwa setiap bulan terdapat 90 hingga 100 anak yang menerima kekerasan seksual. Selebihnya, kasus kekerasan fisik sebanyak 294 kasus, kekerasan psikis sebanyak 203 kasus.

Pihaknya berharap KPAI segera melaporkan data mengenai kenaikan angka kekerasan terhadap anak yang mereka miliki.

Agar, dapat segera dilakukan koordinasi guna menekan angka tersebut sehingga tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Pihaknya juga mengajak KPAI untuk bekerja bersama dalam mengurangi angka kekerasan terhadap anak ini.

Sementara itu, minimnya kesadaran anak-anak usia dini akan pentingnya kesehatan, memberikan gagasan kepada Ikatan dokter Indonesia (IDI) untuk menyelenggarakan Dokter Kecil Award.

Acara puncak akan berlangsung 6 Oktober 2013 di Taman Mini Indonesia, Jakarta.

“Program ini sebenarnya sudah berlangsung sejak 2008. Tahun ini, kita revitalisasi kembali program-programnya agar lebih mudah diserap dan diterapkan anak-anak,” kata Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Zaenal Abidin di Kantor IDI, Jakarta, Jumat (19/7).       

Menurutnya, acara Dokter Kecil Award ini perlu diadakan lagi untuk kembali menanamkan pemahaman dan kesadaran akan kesehatan sejak dini, adanya figure role model anak hidup sehat.

“Dengan program ini, diharapkan dapat menimbulkan keinginan sekolah-sekolah yang belum menjalankan Program Dokter Kecil melalui UKS untuk melaksanakannya,” ujarnya.(mia/kim/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook