Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai 90 Persen

Hukum | Jumat, 20 Juli 2012 - 09:48 WIB

Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai 90 Persen

Riau Pos Online - Pemerintah diharapkan mampu menekan angka penderita diabetes melitus (DM) dengan rajin memberikan edukasi dan sosialisasi kepada lapisan masyarakat akan bahaya penyakit tersebut. 

Penderita diabetes saat ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari empat jenis tipe diabetes, tipe dua yang paling banyak dialami oleh masyarakat di dunia. Di Indonesia jumlah penyakit diabetes tipe dua mencapai 90 persen.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Diabetes tipe dua merupakan diabetes yang terjadi akibat insulin yang diproduksi pankreas tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Diabetes jenis ini terjadi karena tubuh tidak merespons secara wajar kerja insulin di dalam tubuhnya.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), kenaikan penderita diabetes tipe dua di Indonesia sebesar 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada 2010.

Menurut ahli endrokrinologi dari Universitas Indonesia (UI) dr Suharko Soebardi, sebagian besar penderita diabetes disebabkan oleh faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat.

“Dari tahun ke tahun penderita diabetes cenderung mengalami peningkatan. Di Indonesia saja sudah mencapai 90 persen karena umumnya orang mengalami diabetes tipe tersebut,” ungkap Suharko di acara konferensi Kesehatan dengan tema ‘The Rule of Protein and Carbohydrate in Diabetic Management di Hotel Pullman, Jakarta.

Saat ini, katanya, Indonesia berada diurutan keempat penderita diabetes terbesar setelah China, India, dan Amerika. Sementara itu jumlah penderita diabetes di dunia, mencapai 200 juta jiwa. Diprediksi angka tersebut terus bertambah menjadi 350 juta jiwa pada 2020.

Semakin bertambahnya jumlah penderita diabetes di Indonesia, menurut Suharko, tanggung ja­wab negara cukup besar karena itu menyangkut masalah ekonomi.

“Banyak penderita diabetes kehilangan produktivitas dan pendapatannya, belum lagi besar­nya biaya pengobatan yang juga menambah beban hidupnya,” katanya.

Karena itu, kata dia, peningkatan edukasi kepada masyarakat luas sangat penting agar dapat menjaga pola makan dan pola hidup yang sehat.

Menurutnya, asupan serat merupakan komponen penting pada nutrisi penyandang diabetes. Sebab efek serat di saluran cerna dapat memperlambat waktu pengosongan lambung, mening­katkan waktu transit dengan memperlambat pergerakan di usus halus dan menurunkan absorpsi zat gizi.

“Serat itu terdapat pada kacang-kacangan seperti kedelai, buah, dan sayur. Anjuran konsumsi serat dalam sehari adalah 25 gram,” ucapnya.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, penyakit diabetes dapat mengakibatkan komplikasi yang bersifat akut maupun menahun (kronis).

Komplikasi akut diabetes dapat mengakibatkan koma diabetikum dan kematian mendadak. Se­dangkan komplikasi kronisnya memberikan beban biaya pengobatan yang mahal, dan menu­runkan produktivitas bagi penderitanya.

Komplikasi akut diabetes, yaitu hiperglikemia (kadar gula darah naik cepat secara drastis), dan juga bisa hipoglikemi (kadar gula darah turun secara cepat). Kondisi ini yang mengakibatkan kematian lebih dini bagi penyandang diabetes.

Sedangkan komplikasi kronis dapat berupa terjadinya makroangiopati (kerusakan pembuluh darah besar). Misalnya, gangguan pada pembuluh darah jantung, gangguan pada pembuluh darah tepi yang dapat mengakibatkan luka pada telapak kaki yang sulit sembuh. Juga gangguan pada pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan stroke.

Untuk itu, Tjandra menyarankan, agar gaya hidup dan pola makan dengan cara instan dapat dikurangi dan edukasi akan bahaya penyakit tersebut akan terus ditingkatkan.(hrm/rmol/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook