JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Banjir di Jakarta belum menunjukkan tanda-tanda bakal surut dengan cepat. Justru hujan deras membuat tanggul Sungai Ciliwung di kawasan Kota Bambu, Jakarta Pusat, nyaris jebol kemarin.
Pantauan Jawa Pos, ketinggian air Sungai Ciliwung yang mengarah ke Kanal Banjir Barat (KBB) cukup mengkhawatirkan. Ketinggian air tinggal 1 meter dari bibir tanggul. Bahkan, di beberapa titik ketinggian air tinggal 70-80 sentimeter
Kondisi tersebut membuat tanggul di bawah flyover Kota Bambu, Jakarta Pusat, nyaris jebol. Rembesan air mengalir dari sela-sela tumpukan karung pasir.
Lurah Kota Bambu Selatan Primahadi khawatir dengan kondisi tanggul tersebut. "Kalau cuma rembes tidak masalah karena ada pompa. Tapi, kalau sudah jebol, ya wasalam," ujarnya. Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengungsikan warga.
Antara perkampungan dan tanggul hanya dibatasi jalan inspeksi sungai selebar 4 meter. Jika tanggul jebol, ratusan rumah di kampung tersebut tenggelam.
Beberapa jembatan gantung yang terdapat di sepanjang sungai nyaris rata dengan air. Jembatan yang menghubungkan Kelurahan Jati Pulo dan Cideng bahkan sudah terendam. Kedua ujung jembatan diberi garis polisi agar tidak dilintasi. Namun, sejumlah warga masih saja nekat berjalan melintasi jembatan tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang datang ke lokasi kemarin siang mengatakan, perbaikan tanggul belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. "Tunggu air surut di Ciliwung dulu, baru bisa dikerjakan," ujar mantan Wali Kota Surakarta itu. Perbaikan akan dilakukan bersama oleh Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Hingga kemarin wilayah Jakarta yang tergenang banjir mencapai 17,73 persen. Itu berarti nyaris seperlima dari ibu kota. Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Wiryatmoko mengatakan, siklus banjir besar lima tahunan, tampaknya, berubah menjadi siklus tahunan. "Kita perlu menyiapkan SK gubernur untuk menaikkan status bencana di DKI menjadi tanggap darurat," kata dia.
Untuk menaikkan status tersebut, syaratnya ada tiga. Pertama, banjir mengakibatkan terganggunya aktivitas ekonomi ibu kota. Kedua, dampak yang ditimbulkan akibat banjir. Ketiga, eskalasi hujan yang terus meninggi.
Seluruh syarat itu sudah terpenuhi bila dilihat situasi sepekan belakangan. "Ada 300 titik banjir dan genangan di seluruh DKI dengan tingkat kedalaman yang bervariasi," terang dia.
Saat ini pihaknya tengah merampungkan draf SK gubernur tentang perubahan status banjir di DKI. Dia berharap SK itu rampung secepatnya sehingga hari ini Joko Widodo akan mengumumkan secara resmi perubahan status tersebut.
"Besok kita akan melakukan pertemuan lagi dengan Pak Gubernur. Jika besok sudah tanda tangan, SK tanggap darurat akan sah," jelas dia.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kemarin merilis jumlah warga yang terdampak langsung banjir Jakarta mencapai 48.263 jiwa (10.520 KK). Sebanyak 30.784 jiwa di antara jumlah tersebut mengungsi di 140 titik pengungsian. Daerah yang terendam banjir meliputi 564 RT, 349 RW, dan 74 kelurahan di 30 kecamatan.
"Sebaran pengungsi paling banyak berada di wilayah Jakarta Selatan dan Barat," terang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. Kedua wilayah itu menampung masing-masing 8.332 dan 8.314 jiwa. Secara umum, ketinggian genangan air di seluruh wilayah Jakarta mencapai 5 sentimeter hingga 3 meter.
Pada perkembangan yang sama, Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi mengatakan, pihaknya telah menyalurkan bantuan berupa obat-obatan. Obat-obatan yang tersedia mampu mencukupi kebutuhan pengungsi hingga banjir surut.
Selain menyalurkan bantuan obat-obatan, Kemenkes siap menyalurkan logistik berupa pakaian layak pakai dan popok bayi. "Ada juga makanan tambahan untuk bayi dan balita serta buku bacaan untuk anak sekolah," papar dia. Kemenkes menyiapkan anggaran Rp 20 miliar untuk banjir Jakarta. (byu/dod/bad/hen/any/c10/ca)