Jurnalisme Visual Jadi Tren Surat Kabar

Hukum | Rabu, 18 September 2013 - 09:26 WIB

JAKARTA (RP) - Perkembangan industri media cetak utamanya surat kabar terus dibahas secara intensif. Setelah pekan lalu asosiasi surat kabar dunia WAN-IFRA menyelenggarakan kongres dengan tajuk Publish Asia 2013 di Bangalore, India.

Selasa (17/9), WAN-IFRA bekerja sama dengan Society for News Design (SND) menggelar konferensi News Design Asia 2013 dengan topik yang lebih spesifik yaitu jurnalisme visual.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Sebuah bentuk jurnalisme baru media cetak yang dinilai sangat ampuh untuk menjaga tradisi membaca koran dan mengembangkan industri surat kabar di era sekarang.

Berbeda dengan forum-forum sebelumnya, acara yang diselenggarakan di hotel JW Marriott, Jakarta kali ini sama sekali tidak membahas suramnya industri media cetak.

Sebaliknya, para pembicara memaparkan tren media-media di Asia, Timur Tengah dan Eropa yang terus tumbuh.

Ternyata, optimisme media-media Asia dan Eropa itu ditopang oleh perubahan kebijakan di ruang redaksi dengan mengedepankan aspek visual dalam menyajikan produk jurnalistiknya.

‘’Pembaca sekarang punya kecendrungan ingin segera menangkap isi dengan cepat. Foto, info grafis, ilustrasi, data-data, adalah elemen visual yang sangat penting untuk menarik perhatian pembaca. Ini tantangan baru bagi awak di ruang redaksi,’’ kata CEO Checkout Australia Pty, Ltd, Peter Ong.

Senada dengan Peter, sesi kedua hari pertama kemarin diisi oleh Stephen Komives, Executive Director Society for News Design.

Menurut pria yang kerap menjadi juri kompetisi desain media tingkat internasional itu, koran-koran yang sekarang survive semuanya memiliki kepekaan tinggi dalam menyuguhkan produk jurnalistiknya secara visual.

‘’Bahkan beberapa harian kini tampil dengan format majalah. Gambarnya dominan, pemilihan isunya sangat ketat, dan tampil atraktif,’’ jelasnya sambil menunjukkan cover-cover surat kabar pemenang lomba desain dari tahun ke tahun.

Yang tak kalah menarik adalah diskusi panel yang menghadirkan tiga pembicara setelah rehat makan siang yaitu James NB Luhulima managing editor Kompas, Shoeb K. Zainuddin, group editor in chief Berita Satu Media Holding, dan Leak Kustiya, pemimpin redaksi Jawa Pos.

Ketiganya diminta menjelaskan proses kreatif menyangkut perwajahan di masing-masing ruang redaksi, selain memaparkan pengalamannya dalam meredisain surat kabar.

Hans peter Janisch, konsultan media dari Jerman yang memimpin diskusi banyak mengorek Jawa Pos karena media yang berkantor pusat di Surabaya itu telah terpilih sebagai koran dengan desain terbaik se Asia Pasifik pada tahun 2012 dan 2013.

Menurut Leak desain punya peran penting lebih dari sekadar untuk membuat tampilan koran menjadi menarik. Disain harus memandu pembaca untuk menemukan esensi, musti kaya ide kreatif, menawarkan hal baru, memberi solusi, dan mencerahkan.

Leak menggambarkan, pada tahun 1997 industri media cetak mengalami kesulitan yang luar biasa akibat hantaman badai krisi ekonomi. Jawa Pos mengambil langkah cepat untuk melakukan efesiensi dengan cara mengubah desainnya.

Caranya? Lebar koran yang sebelumnyan 9 kolom dipotong menjadi 7 kolom. Dengan pengurangan lebar halaman seperti itu biaya produksi bisa ditekan karena penggunaan kertas bisa dikurangi.

Tapi aspek lain yang lebih penting, perubahan itu menjadi tonggak bagi Jawa Pos grup untuk terus menyempurnakan jurnalisme visualnya setelah berubah menjadi 7 kolom.

‘’Sekarang semua koran di Indonesia mengikuti ukuran Jawa Pos, tak ada lagi yang 9 kolom. Jawa Pos adalah trend setter untuk jurnalisme visual di Indonesia,’’ terangnya.

Hari ini, rencananya peserta kongres yang terdiri dari para desainer surat kabar yang datang dari berbagai negara di Asia Pasifik itu akan diajak membedah halaman berbagai koran dari sudut pandang artistik. (opik/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook