Ahmadi Meluncur Depok-Jakarta

Hukum | Selasa, 17 Juli 2012 - 09:32 WIB

Ahmadi Meluncur Depok-Jakarta
Menteri BUMN Dahlan Iskan di depan Ahmadi, mobil listrik kreasi Ahmad Ahmadi yang sukses dicoba dari Depok ke Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. (Foto: JPNN)

JAKARTA (RP) - Mobil listrik kreasi anak bangsa, Ahmadi, membuat lompatan besar dalam sejarah industri otomotif nasional. Senin (16/7) kemarin, mobil kreasi Dasep Ahmadi itu sudah meluncur di jalanan Ibu Kota Jakarta.

Menteri BUMN Dahlan Iskan, yang langsung mengendarai Ahmadi dari Depok menuju Jakarta, mengakui meski sempat diwarnai insiden mogok, namun secara keseluruhan proses uji coba atau test drive berjalan lancar. Sepanjang jalan, mobil listrik warna hijau cerah itu banyak mencuri perhatian para pengguna jalan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Ngetop juga ya, bukan saya yang ngetop, tapi mobilnya,’’ ujar Dahlan sumringah saat tiba di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kemarin.

Sepanjang jalan, kaca mobil memang terus dibuka. Alasannya, tentu saja karena cuaca Jakarta kemarin cukup terik, sedangkan Dasep belum sempat mengisi freon pada air conditioner (AC), sehingga fungsi pendingin kabin belum bisa dioperasikan.

‘’Memang (sengaja) dibuka, biar ngetop, saya ingin nampang,’’ ujar Dahlan setengah bercanda lantas tertawa.

Sejak awal digulirkannya proyek mobil listrik, Dahlan memang sudah berjanji untuk langsung berada di balik kemudi saat test drive Ahmadi.

Setelah naik kereta rel listrik (KRL) dari Jakarta menuju Depok, kemudian disambung naik ojek, Dahlan pun merealisasikan impiannya untuk memacu mobil ramah lingkungan dengan kapasitas daya mesin 50 tenaga kuda (horse power/HP) atau setara 900 cc tersebut. Proses test drive tersebut juga sudah mendapatkan surat jalan dari Kepolisian Resort (Polres) Depok.

Didampingi Dasep Ahmadi, sekitar pukul 08.40 WIB, Dahlan mengemudikan mobil listrik berkapasitas 4 penumpang (4 seat) itu dari pabriknya di kawasan Jati Mulya, Depok, menuju Kantor BPPT di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Rute yang ditempuh adalah Jati Mulya-jalan non tol Margonda Raya-Lenteng Agung-Pasar Minggu-Pancoran-Gatot Subroto-Semanggi- Sudirman-hingga Kantor BPPT. Jarak sekitar 50 kilometer tersebut ditempuh dalam waktu sekitar 50 menit dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per jam.

Ahmadi beberapa kali harus merayap perlahan akibat beberapa ruas jalan di Jakarta cukup padat.

Sekitar 300 meter menjelang Kantor BPPT, atau di seberang pusat perbelanjaan Sarinah, Ahmadi sempat mogok. Menurut Dahlan, dirinya sempat kaget karena indikator baterai tidak memberikan tanda bahwa daya baterai menipis atau low bat.

‘’Power-nya turun, malam tadi (baterainya, red) memang belum di-charge penuh,’’ katanya. Jika dalam kondisi baterai penuh (full charge), jarak tempuh mobil listrik Ahmadi bisa sampai 120 kilometer.

Setelah berhenti beberapa saat, Ahmadi kembali bisa berjalan perlahan sampai di depan Kantor BPPT. Namun, kembali mogok saat hendak menanjak di pintu masuk kompleks Kantor BPPT. Ahmadi pun akhirnya diparkir di trotoar depan Kantor BPPT. Menurut Dahlan, performa Ahmadi cukup.

‘’Tapi, masih ada yang perlu ditingkatkan, seperti sistem pengereman dan indikator baterainya,’’ ucap Dahlan yang langsung masuk ke Kantor BPPT untuk menghadiri seminar nasional ‘Mainstreaming Iptek dalam Pembangunan Nasional’.

Menurut Dasep, sebelum test drive Depok-Jakarta, mobil listrik kreasinya memang beberapa kali diujicoba di sekitar pabrik dan belum sempat di-charge sampai penuh, sehingga sempat mogok karena daya baterai turun.

‘’Saat berangkat tadi, kapasitas baterai terisi sekitar 40 persen saja,’’ ujar laki-laki yang mendapat julukan ‘Putra Petir’ dari Dahlan Iskan itu.

Insinyur kelahiran Sukabumi, 1965 tersebut mengakui, salah satu temuan utama yang akan menjadi bahan evaluasi dari test drive adalah sistem indikator baterai belum berfungsi optimal. Selain itu, sistem pengereman juga akan lebih diperbaiki agar lebih pakem.

‘’Kekahawatiran terbesar saya sebenarnya soal safety (standar keselamatan), misalnya jika terjadi korsleting, tapi tadi Alhamdulillah aman,’’ ujarnya. ‘’Malam tadi (kemarin malam, red, saya sampai tidak tidur karena mempersiapkan ini itu,’’ imbuhnya lantas tertawa.

Menurut Dasep, safety memang menjadi perhatian utamanya. Kemungkinan terjadi korsleting kemudian mobil terbakar benar-benar diantisipasinya. Karena itu, Ahmadi sudah dilengkapi dengan sistem pengaman berupa fuse atau sekering untuk mengantisipasi terjadinya korsleting.

‘’Seperti instalasi listrik di rumah-rumah, kan pakai sekering juga. Nah, yang kami pasang di mobil ini sistemnya jauh lebih canggih,’’ ucap Dasep yang sesekali memberi arahan pada empat mekanik berseragam biru yang sibuk mengecek mesin Ahmadi.

Dasep mengatakan, beberapa kekurangan Ahmadi yang ditemukan selama test drive akan bisa segera diperbaiki. Dia optimistis, proses perbaikan itu tidak akan memakan waktu lama.

‘’Mudah-mudahan semua berjalan lancar, sehingga mobil listrik ini bisa masuk tahap produksi massal pada 2013 atau paling lambat 2014,’’ kata mantan senior engineer Astra yang juga pernah menimba ilmu mekanik di Stuttgart, Jerman, itu.

Lalu, berapa harga mobil listrik Ahmadi? Dasep menyebut, saat ini pihaknya masih terus mengkalkulasi berapa harga yang pas, namun dia menyebut kisaran Rp200-300 juta. Dia mengakui, harga mobil listrik memang relatif lebih mahal dibandingkan mobil berbahan bakar BBM karena teknologinya memang masih jarang.

Selain itu, beberapa komponen utama juga masih harus diimpor dengan harga cukup mahal.

‘’Karena itu, kami sangat berharap ada insentif dari pemerintah, terutama untuk membebaskan bea masuk (BM) impor komponen. Jika (insentif, red) itu diberikan, harga mobil bisa ditekan, lebih murah,’’ jelasnya.

Menurut Dasep, saat ini, beberapa komponen utama seperti baterai, inverter, motor listrik, maupun charger, masih harus didatangkan dari luar negeri. Beruntung, kata dia, saat ini sudah ada seorang ahli asal Indonesia yang sebelumnya berada di Jepang, yang kembali ke Indonesia untuk mengembangkan produksi motor listrik di Tanah Air. ‘’Namanya Pak Ricky, dia diminta Pak Dahlan untuk mengembangkan motor listrik,’’ ujarnya.

Bagaimana dengan dua prototipe mobil listrik lainnya? Dasep mengatakan, dirinya memang membuat tiga prototipe, yakni jenis Standar, Grand, dan Deluxe. Standar adalah jenis yang paling sederhana, sedangkan Deluxe adalah jenis yang paling bagus.

‘’Mobil yang hijau ini (yang digunakan test drive, red) jenis Grand, yang dua lagi jenis Standard dan Deluxe warnanya hitam dan putih, sebentar lagi juga akan selesai,’’ katanya.

Beberapa fitur jenis Grand adalah power steering, spion yang bisa digerakkan secara elektrik, serta TV layar datar touch screen 7 inchi.

Dasep menambahkan, saat ini sudah ada lebih dari sepuluh pemesan, baik perorangan atau perusahaan, yang ingin membeli mobil listrik Ahmadi.

Dia menyatakan, seiring dengan perbaikan kualitas serta dukungan pemerintah, dirinya optimistis Ahmadi bisa bersaing dengan kendaraan berbahan bakar BBM di segmen city car atau kendaraan perkotaan.

‘’Selain ramah lingkungan karena emisi karbonnya nol, mobil listrik juga hemat biaya perawatan dan irit bahan bakar,’’ ucapnya.

Sebagai perbandingan, mobil berbahan bakar BBM bisa menghabiskan biaya Rp300-400 ribu per bulan untuk membeli BBM, sedangkan mobil listrik hanya butuh sekitar Rp 50-60 ribu untuk biaya pengisian listrik per bulan.

Sebelumnya, Dahlan mengatakan, selain Ahmadi, proyek mobil listrik mewah sekelas Ferrari yang diproduksi di Jogjakarta kini juga tengah memasuki tahap final.

Mobil yang rencananya dibanderol di kisaran harga Rp1,5 miliar tersebut bahkan sudah dipesan hingga 40 unit lebih. Selain Dahlan, salah satu pemesannya adalah Presiden SBY. ‘’Rencananya nanti Agustus sudah bisa diperkenalkan,’’ ujarnya.(owi/jpnn/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook