Polisi Jangan Sewenang-wenang

Hukum | Sabtu, 17 Maret 2012 - 08:53 WIB

JAKARTA (RP) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Slamet Effendy Yusuf berharap mahasiswa yang melakukan demonstrasi menolak harga BBM harus berpegang pada etika dengan tidak anarkis dalam menyampaikan aspirasinya.

Sebaliknya, aparat kepolisian tidak boleh sewenang-wenang melakukan pemukulan, menendang, menginjak-injak hingga menyerang demonstran ke dalam kampus.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Apalagi sampai mengejar mereka ke masjid tanpa melepas sepatu. Saya ingatkan, mereka itu bukan pemberontak,” kata Slamet kepada wartawan di gedung DPR, Senayan Jakarta, Jumat (16/3).

Aksi demo, menurut Slamet, tidak usah ditakuti karena aksi demo mahasiswa itu untuk menyampaikan aspirasi. Mereka ini mayoritas adalah anak-anak orang daerah yang tahu persis akan implikasi dan dampak dari kenaikan harga BBM itu yang pada dasarnya akan menyulitkan rakyat.

Dikatakannya, demo itu untuk menyampaikan aspirasi menolak kenaikan harga BBM. Medianya antara lain berorasi, menuliskan pernyataan pada spanduk-spanduk, bendera dan stiker serta dilakukan bersama rakyat.

‘’Yang harus dihindari dalam aksi demo adalah berlaku anarkis dan kekerasan. Jadi, demo itu harus kuat pada pesannya, yaitu menolak kenaikan harga BBM,’’ tegas Slamet.

Demikian juga hal cara pandang aparat keamanan. Menurut mantan Ketua Umum DPP GP Ansor ini, demo jangan dipersepsi makar. Itu berlebihan.

‘’Yang terpenting, pemerintah harus mendengarkan aspirasi rakyat lalu cari solusi dengan alasan tidak hanya untuk menyelamatkan APBN. Kalau untuk APBN terus mengorbankan penderitaan rakyat, itu tidak perlu. Apapun alasannya kenaikan BBM ini akan berdampak luas bagi rakyat,’’ imbuh Slamet.

Terakhir diluanginya, mahasiswa jangan anarkis dan aparat juga tidak represif, tapi coba melakukan pendekatan secara pesuasif sebab kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah.(fas/izl)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook