Semburan Lumpur Minyak Membesar

Hukum | Kamis, 15 November 2012 - 08:14 WIB

GRESIK (RP) - Semburan lumpur bercampur minyak dan gas di Desa Metatu, Benjeng, Gresik, Jatim, belum menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti. Bahkan, Rabu (14/11) semburan di area Bendungan Metatu itu semakin besar.

Tumpahan lumpur bercampur minyak yang memenuhi dasar bendungan semakin luas. Bau minyak juga semakin menyengat. Kondisi tersebut membuat masyarakat yang berada di dekat titik semburan mulai resah. Sebab, ketika malam hari bau seperti lantu (minyak mentah) menyeruak ke dalam rumah mereka. "Tadi malam (Selasa malam, Red) arah angin ke selatan. Baunya masuk ke rumah," ujar Samiatun, seorang warga.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Rumah perempuan berusia 42 tahun itu memang berada di depan pematang akses ke titik semburan lumpur. Jarak rumah Samiatun dari titik semburan sekitar 150 meter.

Samiatun berharap pemerintah segera turun tangan untuk menghentikan semburan lumpur tersebut. Berdasar pemantauan JPNN, bau seperti minyak mulai menusuk hidung ketika memasuki jarak sekitar 100 meter dari titik semburan. Sebab, luberan lumpur yang diduga mengandung minyak semakin luas, radiusnya mencapai 100 meter. Meski ketebalan lumpur masih berkisar 5"10 sentimeter.

Namun, luberan itu membawa serta bau minyak. Indikasi semburan mengandung minyak adalah bagian atas endapan yang memenuhi bendungan seluas 9,5 hektare tersebut berwarna kehitaman. Kemarin sejumlah petugas dari Joint Operating Body Pertamina-Petrochina East Java (JOB P-PEJ) memeriksa kondisi udara sekitar semburan lumpur. Pemeriksaan pertama dilakukan sekitar pukul 08.00. Kedua pukul 13.30. Hasil pemeriksaan menunjukkan, kondisi udara mengandung gas metan. Sukron, salah seorang petugas dari operator migas tersebut, mengungkapkan, semakin dekat titik semburan, paparan gas metannya semakin tinggi.

Dia mencontohkan ketika mendeteksi paparan gas menggunakan metan detector dari jarak 5 meter, kandungan gas metan mencapai 15 persen LEL (lower explosive limit). Jarak 4 meter terdapat 22 persen LEL, 2 meter mengandung 24 persen LEL. "Dan jarak 1 meter mencapai angka tertinggi, 27 persen LEL," ungkapnya. "Dibandingkan dengan gas metan di Lapindo, Sidoarjo, gas metan di Metatu lebih rendah," imbuhnya.

Insiden semburan lumpur bercampur minyak di Desa Metatu, Kecamatan Benjeng, Gresik, tengah membuat panik publik. Namun, ada fakta lain di balik kejadian itu. Ternyata peristiwa tersebut bukan yang pertama.

Tak hanya itu, ternyata kawasan tersebut memang sudah lama dikenal sebagai area tambang. Yakni, sejak zaman penjajahan. Setelah sekian lama ditutup, kawasan itu sempat dijadikan area penambangan warga lokal. Namun, lokasi tersebut ditutup lagi sampai akhirnya terjadi semburan itu.

Berdasar informasi yang dihimpun di lapangan, kawasan tersebut memang sudah lama dikenal memiliki kandungan minyak dan gas. Bahkan, itu ada sejak zaman penjajahan. Terbukti, di lokasi tak jauh dari pusat semburan terdapat sebuah sumur minyak tua peninggalan Belanda.

Tak hanya itu, di sekitar kawasan tersebut juga terdapat sumur-sumur lain. Total, di lahan seluas sembilan hektare lebih itu terdapat delapan titik sumur tua. Tujuh di antara sumur-sumur tersebut tidak aktif. Rata-rata sudah ditutup.

Sedangkan, satu sumur (lokasinya tak jauh dari pusat semburan) pernah dieksplorasi oleh warga hingga 2010. Sumur itu disewa oleh warga. Namun, kegiatan tersebut dihentikan karena jumlah minyak yang dihasilkan dianggap tidak terlalu besar. ’’Yang dihasilkan adalah lantung (minyak mentah) untuk campuran solar,’’ kata Hari Utomo, sekretaris LKMD Metatu.

Selain di lokasi semburan, di kawasan sekitar ternyata banyak terdapat bocoran migas. Beberapa di antaranya malah muncul di rumah warga. Misalnya, di kediaman M. Imron. Di belakang rumah Imron terdapat sebuah lubang yang mengeluarkan cairan minyak mentah. Biasanya minyak itu kami ambil untuk bahan bakar. Ini juga ada di rumah warga yang lain,’’ tuturnya.

Insiden itu juga bukan yang pertama. Menurut Mudzakkir, salah seorang warga asli Metatu, peristiwa semburan tersebut sudah beberapa kali terjadi. ’’Sejak 1970-an, seingat saya sudah tiga kali terjadi seperti ini. Cuma, ini yang paling besar,’’ ujarnya.

Kepala BLH Tugas Husni yang kemarin memimpin pengambilan sampel minyak di lokasi belum bisa berkomentar banyak. ’’Kami masih menunggu hasil uji lab. Yang jelas, untuk saat ini, pemkab sudah melakukan antisipasi terkait segala kemungkinan,’’ katanya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan perwakilan Joint Operating Body Pertamina-Petrochina (JOB-PPEJ) East Java kemarin, di lokasi semburan memang ditemukan adanya gas metan yang mudah terbakar. Karena itu, saat ini area seratus meter dari pusat semburan sudah disterilkan. Pemkab kemarin membuat pagar pembatas dari sesek bambu.

Insiden semburan itu juga mendapat atensi dari Bupati Sambari Halim Radianto. Kemarin dini hari dia terjun ke lokasi. Dia menginstruksikan penanganan di area itu diperketat. ’’Sambil menunggu hasil penelitian dari tim, saya sudah menginstruksi semua dinas agar bersiaga jika terjadi hal-hal di luar keinginan,’’ katanya. (ris/yad/c4/nw)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook