Gunakan TMC Atasi Banjir Jakarta

Hukum | Rabu, 15 Januari 2014 - 09:00 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Banjir parah yang masih saja melanda Jakarta membuat Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) kembali harus bertindak.

Seperti tahun lalu, BNPB dan BPPT meminta bantuan TNI AU untuk menyemai awan demi mengurangi curah hujan. Proses penyemaian itu dimulai kemarin dengan durasi hingga dua bulan ke depan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Kegiatan tersebut sekaligus untuk menguji coba alat penyemai garam bikinan BPPT yang dinamai Consule. Alat tersebut berupa tabung mirip pengaduk semen yang berfungsi menampung garam.

Ada enam tabung berkapasitas masing-masing satu ton yang dihubungkan dengan sebuah pipa besar di bawahnya. Consule menggantikan cara manual yang digunakan tahun lalu.

Pesawat Hercules C-130 dengan momor lambung A-1328 yang mengangkut enam ton NaCl (garam) diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusumah Jakarta Timur sekitar pukul 15.30. pesawat tersebut tidak hanya terbang di sekitar Jabodetabek, namun hingga ke selatan dekat kawasan teluk Pelabuhan Ratu.

‘’Di sini kami sekalian uji coba, ketinggian dan kecepatan berapa yang paling pas untuk menyemai garam,’’ tutur salah seorang kopilot, Lettu Aleg di sela penerbangan. Dalam penerbangan sekitar satu setengah jam itu, seluruh garam berhasil disemai di kawasan perbatasan Jabodetabek. Sasarannya adalah awan yang berpotensi membesar dan sedang mengarah ke Jabodetabek.

Kepala BNPB Syamsul Maarif menjelaskan, pihaknya sudah mendapat instruksi dari Presiden untuk mendampingi Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi banjir.

‘’Kami anggarkan Rp20 miliar untuk keperluan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca), diambil dari dana siap pakai BNPB,’’ ujarnya dalam konferensi pers di Lanud Halim kemarin. Sebab, anggaran dari Pemprov DKI Jakarta masih dalam pembahasan.

Untuk saat ini, TMC hanya akan diterapkan di Jakarta dan sekitarnya. BNPB belum berencana menerapkan TMC untuk mencegah banjir di daerah lain, semisal di DAS Bengawan Solo.

Selain tidak ada permintaan, kondisi banjir di daerah tidak separah Jakarta dan masih mampu ditanggulangi oleh pemda setempat.

‘’Saya ambil contoh Bojonegoro. Antisipasi Pemda dan masyarakat di sana sudah sagat baik sehingga saat banjir datang mereka tidak panik,’’ tuturnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, TMC bertujuan mencegah pertumbuhan awan di luar batas normal.

Dengan demikian, hujan yang terjadi hanya akan bersifat lokal. ‘’Tahun lalu TMC berhasil mengurangi curah hujan di Jakarta dan sekitarnya hingga 35 persen,’’ ujarnya.

Untuk tahun ini, lanjutnya, BPPT telah menyiapkan 42 ton garam yang siap disemai. Garam yang butirannya sehalus tepung kanji itu berfungsi menyerap air di awan dan menjatuhkannya ke bumi sebelum awan menjadi besar.

Jumlah tersebut nantinya akan bertambah lagi. Tahun ini, target penurunan curah hujan tetap 35 persen.

Kepala Unit Hujan Buatan BPPT Heru Widodo menjelaskan, selama ini aspek atmosfer kurang diperhatikan dalam upaya pencegahan banjir.

‘’BPPT mencoba mengatur atmosfer yang selama ini kurang dipikirkan. Sebab, bagaimanapun juga hujan adalah cikal bakal banjir,’’ tuturnya.

Menurut Heru, biaya Rp20 miliar yang dikeluarkan BNPB termasuk murah. Sebab, TMC akan berlangsung selama dua bulan ke depan.

Pengeluaran terbesar TMC bukan pada garam ataupun peralatan pendukung di darat, melainkan pada operasional pesawat, termasuk bahan bakar.

Tidak heran, dari jumlah anggaran tersebut, sekitar Rp12 miliar akan habis hanya untuk operasional pesawat. Sebagai gambaran, lanjut Heru, tahun 2013 BNPB mengeluarkan dana Rp12,2 miliar untuk membiayai operasi TMC selama 42 hari. Pihaknya optimis TMC mampu berbuat lebih baik tahun ini.

‘’Kalau diprosentase, mungkin bisa mencapai 80 persen (mengurangi hujan),’’ tambahnya.

Di bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menunjukkan atensinya terhadap bencana banjir yang melanda ibukota. Kemarin (14/1), dalam peringatan Hari Maulid Nabi bersama Majelis Rasulullah di Silang Monas, SBY meminta kepada seluruh rakyat Indonesia agar waspada dengan bahaya banjir.

‘’Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak baik. Bahaya banjir kembali datang. Mari waspada manakala musibah datang,’’ ujar SBY di sela-sela pidatonya.

Di samping itu, Presiden 64 tahun itu juga memberikan imbauan terhadap ribuan jamaah Majelis Rasulullah yang hadir dalam peringatan tersebut, untuk membantu para korban bencana banjir. Khususnya, bagi kalangan yang mampu.

‘’Bagi yang memiliki kemampuan lebih, bantulah saudara-saudara kita yang memerlukan,’’ ungkapnya.

Sebelumnya, SBY telah menyampaikan sejumlah instruksi untuk menangani banjir termasuk para korban musibah tersebut. Instruksi tersebut disampaikan kepada Kepala BNPB Syamsul Maarif, Kapolri Sutarman dan Panglima TNI Moeldoko.

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyatakan bahwa upaya normalisasi Sungai Ciliwung saat ini masih terbentur kendala pembebasan tanah.

Perlu diketahui bahwa saat ini, Kementerian PU sedang berupaya melebarkan Sungai Ciliwung dari kondisi saat ini yang hanya 10-20 meter menjadi 50 meter.

Terkait hal tersebut, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWS Cilicis) T. Iskandar mengatakan bahwa pihaknya telah menyiasati situasi tersebut.

‘’Caranya dengan mengidentifikasi potensi normalisasi yang tidak memerlukan pembebasan lahan milik masyarakat,’’ kata Iskandar dalam pernyataan resmi di Kementerian PU, Selasa (14/1).

Iskandar mengungkapkan bahwa dari total 19 kilometer normalisasi Sungai Ciliwung, terdapat 5 kilometer yang tidak membutuhkan pengadaan tanah milik warga.

‘’Di antaranya ada sepanjang 2,5 kilometer yang berlokasi di Condet (Jakarta Timur) tepatnya daerah Rindam Jaya. Kami sudah diizinkan untuk mulai bekerja. Persiapan juga sudah kami lakukan di lapangan,’’ ungkap Iskandar.

Iskandar menjelaskan bahwa normalisasi Sungai Ciliwung yang terbagi menjadi empat paket pekerjaan membutuhkan pembebasan lahan seluas 65 hektare. Paket 1 yaitu normalisasi mulai dari Jembatan Casablanka-Kampung Melayu, memerlukan pembebasan tanah paling banyak yaitu 18 hektar.

Sedangkan Paket 2 mulai dari Kampung Melayu-Jembatan Kalibata dan Paket 3 mulai dari Jembatan Kalibata-Eretan Condet. Masing-masing memerlukan 16 hektare lahan. Sedangkan Paket 4 mulai dari Eretan Condet-TB Simatupang memerlukan 15 hektare.

Sebelumnya, ground breaking normalisasi tersebut telah dilakukan oleh Menteri PU Djoko Kirmanto bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo di Eks Kantor Sudin PU Jakarta Timur pada 23 Desember 2013 lalu.

‘’Ciliwung sebagai salah satu dari 13 sungai yang melintas di kawasan Jakarta, seringkali meluap sehingga mengakibatkan banjir,’’ ucap Iskandar.

Selain itu, dikatakan pula bahwa selain meluapnya Sungai Ciliwung yang disebabkan karena berkurangnya kapasitas sungai di beberapa ruas, juga disebabkan adanya pendangkalan akibat sedimentasi dan sampah di sepanjang Ciliwung.

Kementerian PU mentargetkan bahwa normalisasi tersebut akan dirampungkan hingga 2016 dengan total dana penanganan senilai Rp1,18 triliun.

‘’Setelah normalisasi, kapasitas aliran air Sungai Ciliwung akan meningkat 570 meter kubik per detik dibanding kapasitas debit aliran saat ini yang hanya 180 meter kubik per detik,’’ imbuhnya.

Pernyataan senada juga dikatakan Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU  Mohammad Hasan. Hasan mengatakan bahwa banyaknya sampah yang menyumbat pintu-pintu air menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di Jakarta.

‘’Tahun lalu sumbatan sampah cukup banyak, sekarang sudah lebih baik , seperti pintu air Manggarai, Karet posisi bersih. Posisi persilangan Latumenten sudah bersih dari sampah yang biasanya banyak sumbatan,’’ kata Hasan beberapa waktu lalu.

Hasan juga menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan normalisasi di beberapa sungai sepanjang tahun 2013, seperti Pesanggrahan, Angke, Sunter, dan Ciliwung.

‘’Kemudian sodetan yang akan melimpahkan debit dari Ciliwiung ke banjir kanal timur sudah dimulai Januari ini,’’ imbuhnya.

Selain itu, beberapa turap sepanjang Sungai Bekasi di perumahan Nusa Indah yang terdapat beberapa titik yang bolong juga telah dilakukan perbaikan sejak pertengahan tahun lalu.

‘’Saya kira Insyaallah kondisi lebih baik saat ini dibanding dari tahun lalu,’’ ujarnya. (byu/ken/dod/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook