KUNINGAN (RP) - Setelah mengguncang Aceh, Mentawai dan Malang, gempa bumi yang berkekuatan 4,7 Skala Ritcher (SR) kini mengguncang Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Gempa yang terjadi pagi kemarin (13/7) pukul 08.10 WIB itu, merusak ratusan rumah. Selain terjadi pagi hari, gempa juga dirasakan warga Sabtu sore sekitar pukul 14.48. Untungnya, skala gempa tidak terlalu besar.
Salah seorang warga Sukamaju, Kecamatan Cibingbin, Yayan menerangkan, di desanya ada sekitar 10 rumah yang mengalami kerusakan akibat guncangan gempa bumi. Kerusakan yang dialami rumah warga akibat kejadian itu, puluhan genting pecah dan berjatuhan.
Ada juga dinding rumah yang mengalami keretakan memanjang dari atas ke bawah atau sebaliknya. Bahkan ada satu warga di desanya yang terluka lantaran kepalanya terkena pecahan genting yang jatuh akibat gempa.
“Di desa saya ada sekitar sepuluh rumah warga yang rusak, termasuk punya saya. Cuma kerusakannya ringan yakni gentingnya banyak yang jatuh. Tidak ada rumah warga yang sampai ambruk atau merenggut korban jiwa. Kekuatan gempanya juga tidak terlalu besar, hanya goyang-goyang saja. Kalau di desa lain saya kurang tahu, tapi katanya banyak rumah warga di Desa Cipondok, Kecamatan Cibingbin yang mengalami kerusakan terkena gempa,” tutur pria berbadan tambun tersebut kepada Radar (Grup JPNN), kemarin (13/7).
Pria berkulit gelap itu menuturkan, saat kejadian, dirinya tengah tidur di kamar. Tak lama terdengar teriakan dari istrinya yang memberitahu ada gempa. Yayan langsung bangun dan menyelamatkan anaknya ke luar rumah.
“Saya masih tidur saat kejadian. Namun saya merasakan bumi seperti bergerak untuk beberapa saat. Saya pikir itu kiamat, dan segera menyelamatkan diri ke luar rumah sambil menggendong anak. Ternyata di luar rumah sudah banyak tetangga yang merasakan hal sama. Gempa susulan saya rasakan sorenya sekitar pukul 14.48,” ujarnya.
Camat Cibingbin, Drs Ruslani membenarkan adanya kejadian gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan rumah warga. Di wilayah yang dipimpinnya, ada dua desa yang rumah warganya banyak mengalami kerusakan.
Antara lain Desa Ciangir dan Cipondok. Di kedua desa ini, puluhan rumah milik masyarakat dilaporkan mengalami kerusakan ringan terutama banyak gentingnya yang jatuh. Proses pendataan terus dilakukan pihak kecamatan. Bahkan Bupati H Aang Hamid Suganda melakukan peninjauan langsung ke lokasi bencana.
Menurut mantan camat Subang tersebut, kekuatan gempa ditaksir hanya 4 sampai 5 skala richter. Itu berdasarkan kekuatan goyangan gempa. Namun untuk lebih jelasnya, dia menyarankan agar menanyakannya langsung kepada pihak yang berwenang.
“Kejadiannya sekitar pukul 08.10 pagi. Begitu terjadi goyangan, warga langsung berhamburan menyelamatkan diri ke luar dari rumahnya masing-masing. Goyangannya tidak berlangsung lama, namun tetap saja membuat warga panik,” terang dia.
Ruslani menambahkan, kejadian gempa ini sudah dilaporkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemkab Kuningan. Sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap warga yang terkena musibah gempa, Bupati H Aang hamid Suganda mendatangi lokasi kejadian.
“Mayoritas rumah warga yang mengalami kerusakan yaitu gentingnya pecah. Ada juga yang dinding rumahnya retak-retak. Untuk lebih jelasnya, tunggu hasil pendataan yang sedang dilakukan petugas kecamatan dan desa,” ungkapnya.
Hanya saja, berdasarkan laporan warga dan pemantauan di lapangan, rumah warga di Desa Ciangir dan Cipondok yang mengalami kerusakan lumayan banyak akibat gempa. “Baru dua desa yang melaporkan kerusakan akibat gempa. Setiap rumah ada sekitar 10 genting yang rusak. Di Desa Cipondok sekitar 18 rumah. Pak bupati langsung memantau perkembangan akibat bencana gempa bumi di Cibingbin,” sebutnya.
Gempa juga terasa di Cirebon. Getaran gempa, Sabtu pagi (13/7) terasa hingga Kecamatan Ciledug. Beruntung, dalam getaran yang lumayan cukup kuat tersebut tidak menimbulkan korban jiwa ataupun kerusakan bangunan.
Salah satu warga Desa Ciledug Kulon, Shofari Kalil mengatakan, sekitar pukul 08.10 WIB dirinya sedang berada di dalam rumah. Ketika itu, tiba-tiba ada getaran yang cukup kuat, sehingga pintu rumah serta barang-barang yang di rumah pun ikut bergerak.
“Saya awalnya nggak percaya ada gempa, saya kira saya lagi pusing karena lagi puasa. Tapi waktu saya perhatikan lagi, ternyata benar barang-barang yang digantung itu bergoyang dan pintu juga bergerak. Tapi getarannya sebentar saja terus normal lagi,” ujar dia.
Warga lainnya, Jaenudin mengungkapkan, beberapa warga di sekitar tempat tinggalnya sempat panik saat gempa mengguncang. Sebab, getaran terasa cukup kencang di Kecamatan Ciledug dan sekitarnya. “Saya langsung lari keluar rumah. Ada beberapa warga yang lari karena panik,” tuturnya.
Kapolsek Pabuaran, AKP Sentosa Sembiring mengatakan, getaran gempa terasa di wilayah Ciledug dan sekitarnya, namun tidak menimbulkan korban jiwa ataupun kerusakan apapun. “Kita belum ada kabar ataupun terima laporan adanya kerusakan ataupun korban jiwa. Mungkin karena getarannya sebentar,” katanya.
Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lembang, Hata mengatakan, pusat gempa tercatat berada di titik 7,06 derajat lintang selatan, 108,75 derajat bujur timur. "Tepatnya di 43 km, sebelah tenggara Cirebon," ungkapnya kepada Radar, kemarin.
Dalam catatan BMKG, kata Hata, gempa tektonik tepatnya terjadi pukul 08.10.45 WIB. Sementara besar magnitudo gempa mencapai 4,7 SR. "Gempa ini terjadi di daratan, di kedalaman 10 km di atas permukaan laut," ucapnya.
Dijelaskan, pusat gempa yang sangat dangkal menyebabkan sebagian daerah sekitar Cirebon juga ikut mengalami gempa seperti Kabupaten Kuningan, Brebes dan sekitarnya. Terpisah, Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Ahmad Faa Izyin mengungkapkan, penyebab gempa adalah pertemuan lempengan. “Dari pertemuan lempengan itu terjadi aktivitas patahan di suatu daerah atau yang disebut patahan lokal," jelasnya.
Patahan lokal yang aktif yang berada di sekitar wilayah Ciayumajakuning ini disebut patahan lokal baribis. "Patahan lokal baribis ini menimbulkan adanya gempa tektonik di 43 km sebelah tenggara Cirebon," ucapnya.
Di Cirebon, lanjut dia, gempa berdurasi pendek, hanya dalam hitungan detik. Gempa yang terjadi, tak mengakibatkan kerusakan maupun korban jiwa. Bahkan, di beberapa lokasi masyarakat tidak merasakan adanya gempa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pusat gempa berada di dua titik berbeda yaitu di Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. “Pusat gempa terjadi di darat, pada koordinat 7.06 LS 108.73 BT pada kedalaman 10 kilometer. Posisinya 15 kilometer barat daya dari Brebes atau 29 kilometer tenggara dari Kota Kuningan,” kata Sutopo.
Selain itu, BNPB memperkirakan sumber gempa tersebut terletak di antara sesar Bumi Ayu dan Sesar Bantar Kawung yang berada di darat. Sutopo juga menjelaskan, gempa yang terjadi di Kota Brebes mencapai intensitas III MMI (Modified Mercally Intensity) atau getaran gempa dirasakan nyata oleh warga dari dalam rumah. “Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu,” ujarnya.
Sementara itu, gempa yang dirasakan warga di Kecamatan Cibingbin dan Kecamatan Bantarkawung intensitasnya mencapai IV MMI. “Artinya gempa dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi,” jelasnya.
Kini, lanjutnya, BNPB melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes terus melakukan pendataan dampak gempa di Brebes. Data sementara yang berhasil dihimpun petugas BPBD di lapangan yaitu 9 rumah warga rusak dengan rincian 2 rumah rusak berat dan 7 rumah rusak ringan. Total ada 36 jiwa atau 9 kepala keluarga (KK) yang rumahnya terdampak gempa.
Sutopo juga sempat memaparkan bahwa dua rumah rusak berat terdapat di Dukuh Sindangsari merupakan rumah milik warga bernama Mundar (5 jiwa) dan Kastori (2 jiwa). Sedangkan 7 rumah rusak ringan terdapat di Dukuh Pasir Salem, yaitu rumah milik warga bernama Jalis (5 jiwa), Rahman (6 jiwa), Rusiman (4 jiwa), Watori (6 jiwa), Rukinto (3 jiwa), Wanto (3 jiwa), dan Darsina (2 jiwa). “Semuanya berada di Desa Sindanghela, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,” ungkapnya.
Sutopo juga mengungkapkan selain baru mendata 9 rumah yang rusak, BPBD belum menemukan korban tewas akibat gempa tersebut, “Tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut,” katanya.
Sutopo menjelaskan bahwa gempa tersebut terjadi secara mendadak. Selain itu gempa tersebut tidak terprediksikan sebelumnya. “Korban akibat gempa umumnya terjadi bukan karena gempanya, tetapi karena bangunannya. Saat gempa segeralah keluar rumah dan mencari tempat yang aman,” ujarnya.
Menurut catatan dari Badan Geologi, di sekitar Kabupaten Brebes juga pernah terjadi gempa sebelumnya. Gempa tersebut penah terjadi pada 21 Oktober 1931, 16 Juni 1971, dan 4 Februari 1992. Gempa-gempa tersebut juga telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan. (ags/jml/den/jpnn)