DIALOG TROTOAR DAHLAN ISKAN DENGAN DEMONSTRAN

”Iya, Saya Dahlan...’’

Hukum | Rabu, 14 Maret 2012 - 09:03 WIB

 ”Iya, Saya Dahlan...’’
Dahlan Iskan

Laporan HAZAIRIN SITEPU, Jakarta

‘’Anda demo ya?’’ tanya Dahlan Iskan.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

‘’Iya Pak, kami lagi demo,’’  jawab beberapa mahasiswa.

‘’Demo soal apa?’’ tanya Dahlan lagi.

‘’Demo Pilkada, Pak,’’ jawab mereka.

‘’Pilkada di mana?’’ Dahlan melanjutkan pertanyaan.

‘’Pemilihan gubernur DKI, Pak,’’ jawab Dadan Gundara, salah satu demonstran.

‘’Mengapa Anda demo Pilkada DKI?’’ Dahlan terus bertanya.

‘’Supaya Gubernur DKI yang akan datang lebih bagus Pak,’’ jawab mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang tergabung dalam BEM Jakarta Raya itu.

‘’Bagus... bagus,’’ kata Dahlan.

‘’Ini Pak Dahlan ya. Benar ini Pak Dahlan Iskan ya?’’ tanya Dadan.

‘’Iya, saya Dahlan. Kenapa?’’ Jawab Dahlan.

‘’Alhamdulillah, saya bisa bertemu langsung dengan  Bapak. Selama ini saya hanya baca di online. Kita sering mendiskusikan berita tentang Bapak,’’ kata mahasiswa  asal Padalarang, Bandung Barat, tersebut.

‘’Bapak baru habis olahraga ya?’’ tanya Dadan.

‘’Tidak, saya baru habis kasih kuliah di situ,’’ kata Dahlan sambil menunjuk kantor Lembaga Pertahanan Nasional.  ‘’Di Lemhannas,’’ Dahlan menambahkan.

‘’Kok, pakai sepatu kets, Pak?’’ Dadan menimpali. ‘’Jadi berita-berita Pak Dahlan pakai sepatu kets itu benar donk,’’ ia melanjutkan pertanyannya.

‘’Demonya sudah selesai?’’ Dahlan memotong pertanyaan soal sepatu kets..

‘’Sekarang istirahat dulu Pak,  mau salat Zuhur. Boleh pinjam tempat salat di sini, Pak,’’ kata Dadan kepada Dahlan.

‘’Salat di kantor saya saja. Ayo,’’ jawab Dahlan sambil berjalan agak cepat ke arah kantornya yang jaraknya sekitar 200 meter dari tempat mereka berdialog.

‘’Kantor Bapak di mana? Jauh tidak dari sini,’’ tanya Dadan.

‘’Itu, dekat,’’ kata Dahlan sambil menunjuk kantor Kementerian BUMN.

‘’Anda makan dulu yah baru salat. Biar teriakannya kencang. Kita makan sama-sama di kantin,’’ kata Dahlan.

“Kita sudah makan, Pak. Terima kasih,” kata Dadan.

‘’Benar sudah makan?’’ kata Dahlan lagi.

‘’Sudah Pak. Kita semua sudah makan,’’ jawab Dadan.

‘’Teriakan kami kencang, Pak. Kalau tidak percaya boleh dicoba Pak,’’ timpal Yusuf Fauzi, salah satu demonstran dari BEM Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

‘’Kalau begitu kita salat saja ya. Mau di musala  atau di ruangan saya. Mana teman-temanmu yang lain?’’ kata Dahlan sambil berhenti sejenak.

‘’Sebentar Pak, saya panggil mereka,’’ kata Dadan, lalu berjalan ke arah teman-temannya yang masih bertahan di depan kantor gubernur DKI. Dahlan menunggu di depan kantor Kementerian BUMN.

‘’Mereka salat di sana, Pak,’’ katanya setelah kembali.

‘’Ayo, salat di ruangan saya saja,’’ kata Dahlan sambil berjalan menuju lobi kantornya.

Dua mahasiswa demonstran itu pun masuk ke lift bersama Dahlan, ke lantai 19. Dahlan mengajak keduanya  ke ruang kerjanya. ‘’Ini kamar mandi, Anda wudhu di situ,’’ kata Dahlan kepada keduanya.

Ketika Dadan dan Fauzi sedang berwudhu, Dahlan menyiapkan dan menggelar sejadah di sisi selatan ruang kerjanya.

Setelah dua mahasiswa tersebut keluar dari kamar mandi,  gantian Dahlan yang masuk untuk berwudhu. Sehabis wudhu, Dahlan langsung qomat dan mempersilakan Dadan menjadi imam.

Usai salat, Dadan dan Fauzi  turun bersama Dahlan ke lobi kantor. Keduanya kemudian kembali menemui teman-temannya di depan kantor gubernur DKI dan Dahlan menuju Hotel Borobudur untuk ceramah di depan ratusan direktur utama  perusahaan Badan Usaha Milik Daerah.

Itulah dialog antara Dahlan Iskan dengan dua demonstran Kamis lalu. Mereka bertemu secara kebetulan di trotoar depan Kantor Gubernur DKI di Merdeka Selatan.

Waktu itu Dahlan Iskan baru saja selesai memberi kuliah kepada mahasiswa Lemhannas dan hendak menuju kantornya di Kementerian BUMN dengan jalan kaki.

Sementara Dadan dan teman-temannya (tampak sekitar 20 orang) sedang berdemo di depan Kantor Gubernur DKI.

Dahlan memang sering jalan kaki kalau hendak dan dari kantor-kantor di sekitar Merdeka Selatan. Kalau ke Istana Wapres ia beberapa kali jalan kaki pergi-pulang. Begitu pula ke kantor Kementerian ESDM.

Dalam lift Dadan, yang cerewet itu, juga bertanya tentang rencana pemerintah menaikkan tarif BBM. Dahlan yang wartawan, menjawab dengan sangat tangkas.

‘’Presidan pasti memikirkan yang terbaik untuk rakyat,’’ begitu salah satu jawaban Dahlan atas pertanyaan Dadan.

Hal yang paling penting dari bertemunya  Dahlan Iskan dengan mahasiswa demonstran ini adalah sikap dia melayani dialog mahasiswa demonstran itu. Juga sikap Dadan dan Fauzi yang begitu berbudaya  bertutur sapa dengan Dahlan yang seorang menteri.

Kedua mahasiswa tersebut malah salut dengan Dahlan yang mau melayani mereka sepenuh hati.

Saya memang sempat khawatir akan terjadi caci-maki atau keluar kata-kata tidak sopan para demonstran itu kepada pemerintah. Sebab mereka sedang berhadapan dengan seorang menteri, di arena demonstrasi pula.

Sebaliknya, mereka begitu sopan bertutur sapa, dan Dahlan pun melayani sepenuh hati.

Dialognya begitu cair, saling menghargai, dan Dahlan pun memposisikan para demonstran itu sejajar dengannya pada saat terjadi dialog. Mereka bahkan memuji Dahlan yang meskipun sudah menjadi menteri tetap bersikap apa adanya.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook