36 JCH Meninggal di Tanah Suci

Hukum | Sabtu, 13 Oktober 2012 - 09:56 WIB

SURABAYA (RP) - Jumlah jamaah calon haji (JCH) Indonesia yang meninggal di Arab Saudi terus bertambah. Hingga, Jumat (12/10), tercatat 36 jamaah meninggal.

‘’Jamaah haji yang wafat merata di semua embarkasi, tapi paling banyak dari Surakarta,’’ jelas Kepala Bagian Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag Amin Akkas kemarin.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Jumlah JCH dari Surakarta atau Solo yang wafat sepuluh orang. Jakarta menempati urutan kedua dengan 4 orang yang wafat, begitu juga Makassar (4 orang), lalu Surabaya (3 orang). Sisanya berasal dari embarkasi lain.

Menurut Amin, total jamaah yang meninggal 36 orang. Perinciannya, pria 21 orang dan perempuan 15 orang. Usia mereka beragam. Ada yang 40 tahun, 50 tahun, dan di atas 60 tahun. Tapi, paling banyak berusia 50-59 tahun.

‘’Itu sudah masuk usia lanjut,’’ kata mantan Kasubdit Pengembangan Sistem Informasi Haji tersebut.

Tempat wafat terdiri atas empat lokasi. Yaitu, Madinah, Makkah, Jeddah, dan perjalanan. Terkait dengan wafatnya jamaah di perjalanan, dia tidak tahu pasti lokasi perjalanan yang dimaksud.

Sebab, data hanya menyebutkan wafat dalam perjalanan. Mungkin saja mereka wafat saat perjalanan dari Tanah Air ke Madinah atau dari Madinah ke Makkah.

Saat ditanya soal penyebab wafatnya para jamaah, Amin menyatakan bahwa penyebab itu bermacam-macam. Ada yang meninggal karena sakit, ada pula yang wafat gara-gara kelelahan. Menurut dia, cukup banyak jamaah haji yang menderita penyakit seperti stroke dan paru-paru. Tentu mereka yang mengidap penyakit harus berhati-hati.

‘’Jamaah haji yang mempunyai riwayat sakit akan selalu mendapat pengawasan,’’ terang dia.

Di setiap kloter, ada tiga petugas kesehatan yang selalu mengawasi kondisi kesehatan jamaah. Mereka membawa peralatan dan obat-obatan yang dibutuhkan. Jamaah yang mempunyai keluhan sakit bisa langsung menyampaikan keluhan itu kepada petugas kesehatan.

‘’Petugas kesehatan akan memberikan perhatian khusus bagi jamaah yang mempunyai penyakit yang dikategorikan berbahaya,’’ terang dia.

Makkah Semakin Padat

Sementara itu, Kota Makkah dan Masjidil Haram semakin padat, Jumat (12/10). Ini terlihat jutaan umat muslim melaksanakan ibadah tawaf maupun melaksanakan salat wajib di Masjidil Haram.

Laporan dari Wakil General Manager Riau Televisi, Zulhedi dari Kota Makkah, bahwa kepadatan terjadi karena hampir sebagian besar jemaah calon haji dari seluruh dunia telah sampai di Makkah.  

‘’Jelang pelaksanaan haji jamaah banyak melaksanakan ibadah wajib dan sunat di Masjidil Haram. Untuk dirinya memilih melaksanakan tawaf ba’da Zuhur,’’ ucap Zulhedi.

Ditambahkanya, JCH Riau yang telah berada di Makkah dalam pantauanya saat ini dalam kondisi baik. Tidak ada terjadi insiden apapun yang bisa menghambat dalam melaksanakan ibadah, baik wajib maupun sunnah.

Sementara itu, Komitmen Coutry Manager Saudi Arabian Airlines Mister Ali Almowalled untuk memberikan pelayanan terbaik pada penerbangan haji, sebagaimana yang pernah ia katakan saat berkunjung ke embarkasi Batam beberapa waktu lalu, kini telah mampu ia buktikan.

Ketua PPIH embarkasi Batam Drs H Handarlin H Umar menyebutkan sepanjang pemberangkatan 22 Kloter JCH Embarkasi Batam ke Arab Saudi, tercatat hanya tiga kali mengalami keterlambatan.

Meski sempat mengalami keterlambatan selama enam jam pada penerbangan perdananya, namun hal itu bisa ditutupi oleh catatan waktu pada penerbangan berikutnya.

‘’Sesuai realisasi penerbangan Saudia membukukan waktu keterlambatan 547 menit, namun di sisi lain catatan waktu cepatnya mencapai 473 menit. Jika dibagi rata-rata 22 Kloter, maka per Kloter Saudia hanya mengalami keterlambatan selama 3 menit,’’ ungkap Handarlin melalui realise yang disampaikan kepada Riau Pos, Jumat (12/10).

Saudia Representative Batam, Sumista Abdulrozaq mengatakan bahwa keterlambatan yang dialami Saudia pada Kloter 1, 2, dan 17 BTH bukan karena permasalahan teknis, ataupun kerusakan pesawat.

Namun lebih diakibatkan faktor di luar kemampuan pihaknya. Keterlambatan yang terjadi pada Kloter 1 misalnya dikarenakan adanya latihan militer pada rute yang akan dilalui pesawatnya, tepatnya di daerah Colombo.

Sedangkan pada penerbangan Kloter 2 BTH, juga terjadi keterlambatan karena hal yang sama. Sementara keterlambatan yang terjadi pada Kloter 17 BTH, diakibatkan padatnya trafic penerbangan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah yang memasuki Gelombang II.

Handarlin berharap semoga pada fase pemulangan nanti Saudia bisa meningkatkan performanya dalam hal menjaga ketepatan waktu penerbangan. (jpnn/esi/ila)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook