JCH Harus Jaga Barang Bawaan

Hukum | Kamis, 12 September 2013 - 09:57 WIB

JAKARTA (RP) - Penanganan masalah keamanan di Makkah menjadi fokus Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Makkah.

Salah satu langkah yang diambil adalah dengan memperkuat bagian sektor khusus yang selama ini bersentuhan langsung dengan jamaah. Perlu diingat agar Jamaah Calon Haji (JCH) menjaga bawaannya saat berada di tanah suci nantinya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Masalah keamanan, Daker Makkah telah memperkuat sektor khusus. Bahkan jika diperlukan, petugas keamanan sektor pun akan kita BKO kan (bawah kendali operasi) untuk mendukung operasional sektor khusus,’’ kata Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat melalui portal resmi Kementerian Agama (Kemenag), kemarin (11/9).

Arsyad menambahkan, tim keamanan akan diperkuat karena selama ini peristiwa kriminal sering terjadi di area sekitar Masjidil Haram.

Dia menjelaskan, dari data keamanan musim haji 2012 menunjukkan, setidaknya terdapat 269 kasus kejahatan dengan nilai kerugian materil mencapai Rp668,02 juta dan 283,5 ribu riyal.

Dari total jumlah tersebut, 210 kasus di antaranya terjadi di Kota Makkah, dengan kerugian Rp569,01 juta dan 228,5 riyal. Sementara jenis kejahatan yang paling jamak terjadi di Kota Makkah adalah pencurian (65 kasus), penipuan (63 kasus), kehilangan (56 kasus), dan perampasan (21 kasus).

Arsyad menambahkan, penguatan keamaan di sektor khusus juga dimaksudkan untuk meningkatkan layanan terhadap jamaah. Sebab, kondisi Masjidil Haram yang lebih padat dari tahun-tahun sebelumnya seiring dengan adanya proyek renovasi dan pembangunan.

Selain itu, untuk meningkatkan layanan transportasi, Daker Makkah telah berkoodinasi dengan para supir asal Indonesia yang akan melayani transportasi shalawat jamaah haji Indonesia di Makkah. Menurut Arsyad, mereka direkrut oleh perusahaan Rawahel yang melayani JCH di wilayah Bakhutmah.

Arsyad juga menjelaskan, para supir yang direkrut itu umumnya merupakan mukimin Makkah yang sudah mengetahui dan memahami peta dan lokasi Kota Makkah.

‘’Pekerjaan mereka memang supir. Latar belakang cukup beragam, ada yang berasal dari Sunda, Jawa, Madura, juga Sulawesi,’’ tulis Arsyad.

Dalam koordinasi tersebut, Arsyad meminta para supir tersebut untuk memberikan layanan yang maksimal kepada jamaah. ‘’Layani jamaah dengan baik, anggap saja kita sedang melayani orangtua kita sendiri,’’ tutupnya.(mia/agm/jpnn)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook