JAKARTA (RP) - Puluhan pengunjukrasa yang tergabung dalam Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan TNI/Polri (GM FKPPI) meringsek masuk ke area kompleks kantor Komnas HAM, pada Jumat sore (12/4). Ini dilakukan ketika belasan perwakilan kelompok ini tengah bertemu dengan komisioner Komnas. Para pengunjukrasa yang terdiri dari kaum pria berbadan tegap dan kekar ini berteriak-teriak meminta Komnas HAM bertemu langsung dengan mereka.
Sementara itu, diskusi antara Komnas dan perwakilan GM FKPPI di ruang pengaduan berlangsung sedikit alot. Perwakilan menukaskan bahwa Komnas HAM bersifat subjektif dalam menyelidiki kasus di Lapas Cebongan. Komnas dianggap hanya berpihak pada penjahat, dalam hal ini empat tahanan yang ditembak, sedangkan tidak berpihak pada TNI. Aksi 11 oknum Kopassus yang menembak empat tahanan di Lapas Cebongan, justru mereka anggap sebagai mempertahankan kedaulatan rakyat.
"Di mana Komnas HAM waktu kasus pembunuhan anggota TNI Polri di Papua oleh OPM. Masyarakat justru menganggap Komnas membela penjahat di kasus Cebongan ini," kata salah seorang perwakilan.
Para pengunjukrasa ini juga menuduh Komnas HAM adalah antek-antek dari negara asing yang tidak mengedepankan keadilan di bangsa sendiri. Tuduhan ini langsung ditampik oleh Ketua Komnas HAM Siti Noor Laila. Ia menyatakan, Komnas HAM bersikap adil dan melayani siapapun yang mengadu. Ia menyatakan salah jika keluarga TNI maupun anggota TNI tidak pernah dibela haknya oleh Komnas HAM.
"Anda salah jika menyatakan Komnas tidak pernah bantu TNI. Dulu ratusan rumah pensiunan TNI akan digusur, Komnas HAM yang membantu prosesnya agar digagalkan penggusuran dan akhirnya tidak jadi digusur. Ketika Amerika melarang Kopassus membatasi Kopassus melakukan latihan, Komnas HAM yang membuka jalan agar peluang untuk Kopassus terbuka lagi," tegas Laila. Para pengunjukrasa ini terdiam mendengar jawaban-jawaban Laila. Laila menegaskan sudah menjadi tugas Komnas untuk menyelidiki kasus pelanggaran HAM. Ia menegaskan, kasus Cebongan adalah pelanggaran HAM karena menyerang institusi lain, petugas lapas dan menembaki empat tahanan yang akan menjalani proses hukum.
"Tidak benar jika anda menyebut kami antek-antek asing. Kami anak bangsa, Komnas HAM dibentuk oleh undang-undang, kami bekerja dan melaporkan hasil kami pada Presiden, dan kami menggunakan APBN. Kami bukan bentukan asing. Jika kami tidak bekerja untuk menyelidiki pelanggaran HAM anda boleh ke sini untuk marah-marah pada kami," tegas Laila lagi. Setelah berdebat panjang lebar, dua belah pihak tetap pada sikapnya masing-masing.
Komnas menegaskan akan tetap melanjutkan penyelidikan dan tidak memihak pada siapapun. Laila menyebut pihaknya berjalan berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan. Sementara itu, para pengunjukrasa ini tampaknya tak puas dengan jawaban komisioner Komnas itu. Namun mereka berharap Komnas dapat adil dalam menyampaikan fakta.
Setelah pertemuan ini, para perwakilan ini juga meminta salah satu komisioner datang dan menemui para pengunjukrasa lainnya yang telah menunggu di luar. Saat perwakilan ini bubar dari ruang pengaduan sempat terdengar celetukan dari seorang pria anggota GM FKPPI pada Komisioner Komnas HAM Siane Indriani.
"Ibu hati-hati kalau bicara, kami semua di sini perwira," sambil menatap tajam Siane. Namun, pria itu langsung dihalau oleh teman-temannya agar keluar dari ruangan itu. Setelah Laila berorasi dan menegaskan akan terus melakukan penyelidikan kasus Cebongan, para pengunjukrasa ini akhirnya bubar disertai teriakan-teriakan yang tak jelas.
Mereka masih melanjutkan aksi unjukrasa di depan kantor Komnas HAM.
"Kalau sampai penyelidikannya tidak sejalan, kami siap bertindak lebih dari ini unjukrasa ini," tutur seorang pria dengan pengeras suara dan disambut sorak pengunjukrasa lainnya.(flo/jpnn)